Ketika Ghadaffi berjuang untuk mempertahankan kekuasaanya di Libya dalam menghadapi kekuatan opisisi yang semakin kuat, seruan bagi intervensi militer Barat juga terdengar semakin nyaring. Pemerintah Inggris terus mendorong secara resmi bahwa semua opsi tersedia dan bahwa pilihan-pilihan militer juga sedang dipertimbangkan, dan pada saat yang sama Ivo Daalder, Dubes Amerika untuk NATO, mengatakan aliansi telah memutuskan untuk meningkatkan penerbangan oleh pesawat pengintai AWACS selama 10-24 jam.
Penangkapan atas seorang pasukan SAS Inggris dengan seorang diplomat junior yang telah dikonfirmasi sebagai agen MI6 juga menunjukkan bahwa persiapan untuk intervensi mungkin sudah dilakukan di Libya. Masalah intervensi sedang mendapat pijakannya – mirip dengan kasus yang dilakukan untuk intervensi di Irak.
Karena seruan-seruan untuk meningkatkan intervensi Barat kita membuat hal-hal berikut:
- Salah satu alasan saat ini untuk dilakukannya intervensi adalah bahwa seorang diktator adalah karena seorang dictator sedang membunuh rakyatnya sendiri. Ini adalah salah satu alasan yang pernah digunakan saat dilakukannya intervensi di Irak dimana Inggris menggunakan apa yang disebut sebagai ‘dodgy dossier’ (dokumen yang diberikan kepada pemerintah Blair tentang penyembuyian infrastruktur, penipuan dan intimidasi di Irak), dan manipulasi politik. Sebagian politisi juga mengatakan bahwa perang saudara adalah alasan perlunya campur tangan di Libya. Hafiz Ghoga, juru bicara Dewan Nasional pmebrontak Libya yang baru dibentuk, menegaskan bahwa seruan atas intervensi asing sangat tidak disukai, dengan menambahkan bahwa para pemberontak telah menguasai sebagian besar negara dan “wilayah Libya yang lain akan dibebaskan oleh rakyat”. Jadi, bahkan mereka yang ada di lapangan menolak intervensi Barat meskipun ada desakan dari beberapa pihak di Barat.
- Intervensi Barat di Irak and Afghanistan melakukan pengeboman atas penduduk sipil, dengan tidak mengindahkan nyawa manusia sehingga mengakibatkan kematian penduduk Afghan yang tidak terhitung jumlahnya. Hampir satu dekade setelah invasi, penduduk sipil Afghan masih terus dibunuh di tangan pasukan Barat. Taktik penggunaan kekuatan penuh untuk melumpuhkan musuh (Shock and awe tactics) menghasilkan penyiksaan di Abu Gharib dan buah intervensi lainnya termasuk penyiksaan di Guantanamo Bay dan Bagram. Intervensi Barat terus bertindak brutal dan membunuh rakyat Irak dan Afghanistan.
- Barat memiliki kecenderungan untuk melakukan intervensi militer sebagai obat mujarab atas konflik di seluruh dunia. Intervensi mereka baru-baru ini telah gagal total. Pada bulan Desember 2007, pemerintah Irak melaporkan bahwa terdapat 5 juta anak yatim di Irak – yakni hampir setengah dari jumlah anak-anak di negara itu. kesehatan penduduk Irak telah memburuk ke tingkat yang belum pernah terlihat sejak tahun 1950-an, kata Joseph Chamie, mantan direktur Divisi Kependudukan PBB dan seorang spesialis Irak. “Mereka berada di garis depan”, katanya, mengacu pada perawatan kesehatan sebelum Perang Teluk tahun 1991. “. Sekarang jumlah mereka semakin banyak sehingga Irak terlihat seperti sebuah negara di wilayah Sub-Sahara Afrika”. Rakyat Irak tidak memiliki keamanan dasar; apalagi pemenuhan kebutuhan dasar mereka.
- Klaim menyebarkan demokrasi telah terungkap sebagai kedok untuk melindungi kepentingan-kepentingan Barat. Di Afghanistan, Karzai bukan hanya telah menjadi seorang diktator yang harus diterima tetapi juga hanya penguasa Kabul karena otoritasnya atas sebagian besar wilayah negara itu tidak ada. Di Irak dan Afghanistan, pemilihan umum diselenggarakan di bawah pendudukan untuk memastikan bahwa proses politik menghasilkan klien-klien baru yang akan mengurus kepentingan-kepentingan barat.
- Intervensi Barat seringkali mengakibatkan pendudukan tanpa akhir seperti Jepang dan Jerman yang masih memiliki pasukan Amerika di negeri mereka selama 50 tahun setelah Perang Dunia 2. Pasukan Barat masih berperang di Afghanistan hampir 10 tahun setelah pendudukan.
Jika Barat benar-benar prihatin atas Ghadaffi yang membunuh rakyatnya sendiri mereka akan berbicara mengenai itu beberapa tahun lalu daripada mengirim kelompok elit bisnis mereka untuk mendapatkan akses ke ladang-ladang minyak Libya. Jika Barat begitu peduli tentang rakyat Libya, mereka sudah lama mengintervensi Korea Utara, di rakyatnya merana dalam kemiskinan atau Zimbabwe dimana kelompok milisi yang didukung pemerintah telah memberangus secara brutal para pendukung oposisi. Perbedaan antara Libya di satu sisi dan Korea Utara dan Zimbabwe di sisi lain adalah bahwa kedua negara yang disebutkan belakangan tidak memiliki ladang minyak.
Apapun alasan yang mereka utarakan, pemerintah Barat hanya melakukan intervensi lebih lanjut untuk kepentingan ekonomi, politik dan strategis mereka dan bukan untuk kesejahteraan rakyat setempat. Segala seruan atas intervensi di Libya harus ditolak dan ditentang.[]
Sumber: hizb.org.uk