Seperti yang ditulis dalam kitab Ajhizatu Daulah al Khilafah (Struktur Negara Khilafah) , Khilafah adalah negara yang manusiawi (daulah basyariah). Karena itu sangat mungkin terjadi kekurangan atau penyimpangan dalam sejarah perjalanan Khilafah. Meskipun sejarah bukanlah dalil hukum syara’, namun dari sejarah kita bisa mengambil pelajaran, setiap penyimpangan dari syariah Islam akan menyebabkan persoalan. Sekali lagi , persoalan muncul , bukan karena sistem Khilafahnya, justru karena penyimpangan dari sistem Khilafah. Walhasil, menolak sistem Khilafah dengan mengutip penyimpangan dalam sistem ini, tidaklah obyektif dan rasional, dan tentu saja tidak jujur. Mengingat,sejarah Khilafah lebih banyak diisi dengan kegemilangan dan kejayaan. Berikut ini kami akan tampilkan beberapa kejayaan di era keemasan Khilafah Islam. (Redaksi)
Sebelum Islam datang dan mencapai masa kejayaannya, dunia ternyata belum mengenal konsep rumah sakit (RS), seperti saat ini. Bangsa Yunani, misalnya, merawat orang-orang yang sakit di petirahan yang berdekatan dengan kuil untuk disembuhkan pendeta. Proses pengobatannya pun lebih bersifat mistis yang terdiri dari sembahyang dan berkorban untuk dewa penyembuhan bernama Aaescalapius.
Menurut Ketua Institut Internasional Ilmu Kedokteran Islam, Husain F Nagamia MD, sederet RS baru dibangun dan dikembangkan mulai awal kejayaan Islam. Pada masa itu tempat mengobati dan merawat orang yang sakit dikenal dengan sebutan `Bimaristan’ atau ‘Maristan’. ”Ide membangun RS sebagai tempat merawat orang sakit mulai diterapkan pada awal kekhalifahan Islam,” papar Husain.
RS pertama dibangun atas permintaan Khalifah Al-Walid (705 M – 715 M) – seorang khalifah dari Dinasti Umayyah. Tempat perawatan yang dikenal dengan nama `Bimaristan’ itu disediakan tak hanya pagi penderita leprosoria tapi juga bagi penderita lepra yang saat itu merajalela. Untuk merawat para pasien itu, khalifah menggaji tenaga perawat dan dokter.
”RS Islam pertama yang sebenarnya dibangun pada era kekuasaan Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M – 809 M),” ungkap Husain. Setelah berdirinya RS Baghdad, di metropolis intelektual itu mulai bermunculan RS lainnya. Konsep pembangunan beberapa RS di
Dalam catatan perjalanannya, seorang sejarawan bernama Djubair sempat mengunjungi Baghdad pada 1184 M. Ia melukiskan, RS yang ada di Baghdad seperti sebuah `istana yang megah’. Airnya dipasok dari
Pada era keemasan, RS Islam yang tersebar di kawasan Arab itu memiliki karakteristik yang khas. Pertama, RS Islam melayani semua orang tanpa membedakan warna kulit, agama, serta latar belakang asal usul lainnya. RS Islam dikelola pemerintah. Direkturnya biasanya seorang dokter. Di RS itu semua dokter dengan keyakinan agama yang berbeda bahu-membahu bekerja sama untuk menyembuhkan pasiennya.
Kedua, sudah menerapkan pemisahan bangsal. Pasien pria dan wanita menempati bangsal yang terpisah. Penderita penyakit menular juga dirawat di tempat yang berbeda dengan pasien lainnya. Ketiga, pembagian perawat. Perawat pria bertugas merawat pria dan perawat wanita merawat pasien wanita.
Keempat, memperhatikan kamar mandi dan pasokan air. Shalat
Bagi mereka yang tak mampu, bisa shalat sembari tidur di atas kasur. Sebelum menunaikan ibadah shalat, setiap Muslim harus berwudhu membersihkan muka, tangan, kepala dan kaki. Untuk memenuhi kebutuhan itu, RS menyediakan air yang melimpah dengan dilengkapi fasilitas kamar mandi.
Kelima, tak sembarang dokter bisa berpraktik di RS. Hanya dokter-dokter yang berkualitas yang diizinkan untuk mengobati pasien di RS. Khalifah Al-Mugtadir dari Dinasti Abbasiyah sangat memperhatikan betul kualitas dokter yang bertugas di RS. Untuk memastikan semua dokter berkualitas, khalifah memerintahkan kepala dokter istana, Sinan Ibn-Thabit untuk menyeleksi 860 dokter yang ada di
Dokter yang mendapat izin praktik di RS hanyalah mereka yang lolos seleksi yang ketat. Tak hanya di
Keenam, RS Islam pada zaman kekhalifahan tak hanya sekedar tempat untuk merawat dan mengobati orang sakit. RS juga berfungsi sebagai tempat menempa mahasiswa kedokteran, tempat pertukaran ilmu kedokteran, dan pusat pengembangan dunia kesahetan dan kedokteran secara keseluruhan. RS besar dan terkemuka dilengkapi dengan perpustakaan mewah yang memiliki koleksi buku-buku terbaru. Selain itu, RS Islam zaman kekhalifahan juga dilengkapi auditorium untuk pertemuan dan perkuliahan. Di kompleks RS juga berdiri mess atau perumahan untuk mahasiswa kedokteran serta staf RS.
Ketujuh, untuk pertama kalinya dalam sejarah, RS Islam menyimpan data pasien dan rekam medisnya. Konsep itu hingga kini digunakan RS yang ada di seluruh dunia. Kedelapan, selama era Islam ilmu farmasi dan prpfesi apoteker telah berkembang menjadi ilmu dan profesi terkemuka.
Apotek dan apoteker sudah berkembang pesat. Tak heran, jika obat-obatan baru tiap waktu terus bermunculan. Pada saat itu, umat Islam yang menguasai perdagangan telah menjalin kontak dengan bangsa-bangsa terkemuka di dunia. Ilmu kimia yang menopang farmasi juga berkembang pesat.
RS di era keemasan Islam bertugas untuk merawat seluruh pasien baik laki-laki maupun perempuan sampai benar-benar sembuh. Tak hanya itu, seluruh biaya ditanggung pihak RS. Mereka yang dilayani secara prima dan cuma-cuma itu bisa pendatang, orang asing, orang pribumi, kaya atau miskin, bekerja atau pengangguran, bodoh atau pintar, cacat atau normal diperlakukan secara sederajat dan adil.
Tak ada persyarakat tertentu dan pembayaran. Tak ada pasien yang ditolak untuk dirawat dan berobat. Semua pelayanan di RS itu dilakukan dengan mengharap keridhaan Sang Pencipta, Allah SWT. Lagi-lagi, Islam lebih dulu unggul dan maju dibanding Barat.
Konsep RS Islam di era keemasan yang begitu modern itu kemudian ditiru dan dijadikan model oleh bangsa-bangsa di Eropa. Tak cuma itu, Barat juga banyak mempelajari kitab-kitab kedokteran yang dihasilkan para dokter Muslim. Adakah RS Islam di Indonesia yang meniru konsep RS di era keemasaan Islam itu? (Republika; 18/03/2008)
karena kesehatan adalah hak warga negara. Baik muslim maupun terjaga (dzimmiy). Pemimpin mana yang tega menjadikan kesehatan rakyatnya sebagai ladang bisnis dan kesempatan untuk mengeruk untung dan popularitas semata?
Betapa saya amat merindukan pemerintahan khilafah yang seperti ini. Melahirkan kegemilangan dan kejayaan di berbagai strata sosial. Dan diisi dengan berbagai penduduk yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Semoga Allah.swt memberi keajaiban dalam waktu dekat ini, untuk bangsa kita, menuju pemerintahan yang diidamkan.
Salam,
isu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang diusung oleh para “POLITIKUS RAKUS” terlalu basi. INGAT,…”HANYA SYARIAH YANG BISA MENYELAMATKAN UMMAT” jangan libatkan umat kedalam niat busuk mu, “POLITIKUS RAKUS”
Zaman kiwari (sekarang) mah “Orang Miskin DIlarang Sakit”…
sebagai seorang mahasiswa FKM sungguh sngat membingungkan karena sejauh ini yang di sorot dalam dnia kesehatan adalah negara yang sistemnya sudah kufur lalu ketika ana bertanya mengenai corak kesehatan di abad pertengahan,meraka hanya memeparkan fakta bahawa di saat itu hanya ada penyakit infeksi yang kemudian brkembang menjadi penyakit degeneraitf seperti zaman gila ini.Dengn demikian telah terbukti bahwa negara kufur yang terlaknat Allah itu telah menghagemoni sejarah peradapan khilafah yang telah jaya selama 13 abad.Lalu kesehatan yang seperti apakah kelak yang akan terwujud???Apakah kita di Indonesia akan mengalami masalah kesehatan yang di alami dunia mereka yaitu obesitas yang merupakan dampak dari kerakusan terhadap dunia!!!!Kemudian mereka beramairamai melakukan sedot lemak yang menjijikkan dan hanya membuang buang waktu yang di sediakan allah untuk kita??!!Sungguh…Allah maha bijaksana lalu kenapa kita masih berdiam dan acuh terhadap khilafah kita yang harus segera kita dirikan kembali!!!ALLAHUAKBAR..
banyak perlakuan tidak adil yang diterima para dhuafa sakit di rumah sakit-rumah sakit pemerintah. mulai dari birokrasi rumit yang sulit untuk dibayangkan sekalipun oleh mereka yang tingkat pandidikannya rendah, pelayanan yang tidak maksimal, sampai harus menghadapi tenaga kesehatan yang TANPA SENYUM.dimana selama ini identitas TENAGA KESEHATAN MUSLIM disimpan?sesungguhnya merekalah yang menjadi penolong kita di yaumil akhir nanti.
sebagai indivudu yang berkomunikasi secara intens dengan sebagian dhuafa, rasanya malu sendiri karena masih ada rekan-rekan sejawat saya yang belum menggunakan identitas TENAGA KESEHATAN MUSLIM-nya. semoga Alloh melindungi kita semua dari siksa karena telah sedikit lupa pada sumpah jabatan yang telah kita ikrarkan.