Menurut surat kabar Inggris, bahwa rezim Kolonel Muammar Gaddafi telah menghabiskan dana 3,5 miliar dolar untuk merekrut ratusan tentara bayaran dari Afrika Utara guna membantu mengalahkan kelompok oposisi, yang bertujuan menggulingkannya dari kekuasaan. Informasi ini diperoleh dari salah seorang di antara para pejabat Libya yang menyatakan pembangkang mereka terhadap rezim.
Surat kabar “Daily Telegraph” hari Kamis (21/4) mengatakan bahwa seorang mantan pejabat rezim Gaddafi yang turut dalam negosiasi sebelum ia membangkang dan kemudian bergabung dengan barisan oposisi, menyampaikan kepada para pejabat NATO tentang rincian kesepakatan untuk merekrut 450 tentara dari wilayah Sahara Barat yang disengketakan.
Surat kabar mengutip seorang pembangkang yang menolak disebutkan identitasnya mengatakan bahwa masing-masing dari setiap tentara tentara bayaran menerima 10.000 dolar, untuk ikut dalam pertempuran bersama pasukan Gaddafi selama dua bulan. Dikatakan bahwa kesepakatan dibuat sebulan yang lalu setelah maraknya ancaman aksi protes anti-pemerintah yang bertujuan mengulingkan rezim.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar tentara yang disewa oleh rezim Gaddafi adalah anggota suku Sahara yang terkonsentrasi di Sahara Barat. Mereka telah terlibat dalam perang kemerdekaan melawan Maroko sebagai anggota di front depan “Polisario”, demikian menurut apa yang diberitakan oleh kantor berita “United Press International”.
Surat kabar itu mengatakan bahwa para pejabat Libya juga merekrut puluhan tentara pemberontak di Niger dan Mali, yang memiliki hubungan dekat dengan rezim Qaddafi. Pengungkapan informasi tersebut muncul di saat Gaddafi mengklaim tentang ketidakbenaran laporan-laporan mengenai perekrutan tentara bayaran Afrika untuk membantunya dalam mempertahankan kekuasaannya.
Dikatakan bahwa para pejabat NATO telah menerima laporan debelumnya bahwa Kolonel Gaddafi sangat bergantung pada tentara bayaran asing untuk mempertahankan rezimnya. Namun dokumen-dokumen yang diajukan oleh para pembangkang Libya baru-baru ini menunjukkan bahwa rezim ini masih aktif merekrut tentara tambahan.
Surat kabar itu mengutip dari seorang pejabat “senior” di NATO yang mengatakan bahwa “Gaddafi menggunakan semua kontaknya di semua wilayah untuk mendatangkan tentara bayaran ke Libya guna mempertahankan rezimnya.”
Kelompok-kelompok oposisi Libya menuduh tentara bayaran berada di balik situasi terburuk melebihi kejahatan yang dilakukan oleh rezim, termasuk pembunuhan atas kaum perempuan dan anak-anak (islammemo.cc, 21/4/2011).