HTI Press. Alhamdulillah, semua karena pertolongan Allah. Acara temu tokoh dan ulama di Semarang berjalan sukses. Sekitar seratus sepuluh tokoh yang berasal dari para ulama, tokoh birokrat, organisasi masa dan LSM berkumpul di Gedung LPMP Srondol Semarang, pada Hari Ahad, 17 April 2010 pukul 10 WIB diakhiri pas adzan Zhuhur berkumandang. Beberapa tamu tokoh juga hadir dari Jepara, Pemalang, Kendal dan Rembang.
Acara temu tokoh dan ulama ini dipandu oleh moderator Ust Mushonif Huda dari Lajnah Khusus Ulama DPD I Jateng, menghadirkan dua pembicara yaitu Ustadz M Rahmat Kurnia dari DPP HTI dan Ust M Ainul Yaqien yang sudah familiar di hadapan para tokoh dan ulama Semarang. Setelah pembacaan ayat suci Alquran dan sambutan ketua DPD II HTI Semarang, Ust Agus Suyanto, acara dimulai dengan testimoni tokoh sekaligus ulama terkenal di Semarang, Bp Habib Hasan Thoha Putra. Beliau adalah Ketua Badan Wakaf Sultan Agung, Pemilik Percetakan AlQuran Toha Putra, serta masih banyak amanah lain yang beliau emban.
Dalam Testimoninya, beliau berharap begitu banyak kepada Hizbut Tahrir Indonesia, untuk merapat, menggalang ukhuwah dengan masyarakat dengan kesantunan dan keilmuwannya untuk selalu menyampaikan syariah dan membendung faham liberalisme yang yang begitu masiv di sebarluaskan oleh pengikut pengikut liberalisme. Karena begitu besar bahayanya faham liberalisme ini yang sudah terbukti merusak sendi sendi kehidupan Islam, serta menimbulkan kesenjangan dan ketidakadilan di masyarakat. Beliau juga menambahkan seluruh elemen umat Islam, harus menguatkan ukhuwah, meluruskan akidah Islamnya, serta menguatkan sektor ekonomi Islam. Semua ini untuk mendakwahkan syariah dan khilafah, untuk membina masyarakat karena khilafah pasti akan datang, hanya Alloh masih merahasiakannya. Semoga cepat terwujud.
Ust M Rahmat Kurnia dalam paparannya, memberikan ulasan mengenai ancaman liberal dari penghilangan hukum hukum Islam hingga penghilangan sholat. Liberalisme menyerang dari segala penjuru . Dengan seperti ini, Negara mestinya menjadi benteng akan tetapi sekarang berubah menjadi corporate state yang menjadikan negara menjadi instrumen bisnis. Selain itu jebakan segilima (pentagon trap) sudah merasuk dalam alam fikiran dan sendi kehidupan masyarakat. Jebakan segilima itu adalah HAM, Demokrasi, Pasar Bebas, Gender, dan Hak Cipta yang kesemuanya merupakan ide kufur. Jebakan segilima menafikkan amar makruf nahi munkar, menghilangkan Hak Alloh, menghilangkan ekonomi di negeri sendiri, menghilangkat kodrati perempuan dan perlindungan untuk perempuan, serta menghilangkan kemandirian ekonomi. Semua ini hanya dapat dilawan dengan negara khilafah yang mempunyai empat pilar yaitu Halal haram dari Alloh, Kekuasaan di tangan rakyat, Khalifah mengadopsi hukum untuk diterapkan sebagai hukum publik, dan hanya ada satu khalifah untuk seluruh kaum muslimin sedunia.
Ust M Ainul Yakin, menyampaikan bahwa perubahan di masyarakat hanya bisa dengan perubahan pemikiran yang berkembang di masyarakat. Dengan perubahan pemikiran ini akan terbentuk pemahan yang benar.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab. Salah satu peserta mempertanyakan apa yang sudah dilakukan HTI dalam menghadapi kasus ahmadiah. Kemudian Ust Rakhmat Kurnia menjawad dengan detail dari dakwah yang disampaikan HTI melalui organnya, medianya, menggelar masyiroh di kota kota besar di Indonesia, sampai dengan diskusi diskusi dengan tokoh ulama dan tokoh ahmadiah untuk membendung faham sesat ahmadiah. HTI juga ikut aktif dalam pencarian fakta yang ada dalam kasus Cikesik di Banten bersama Tim Pembela Muslim. Kemudian Ust Rakhamat Kurnia balik bertanya (yang tidak disangka oleh penanya dan hadirin-red) “lalu apa yang sudah dilakukan Bapak-Bapak ?” Tentu sulit terjawab pertanyaan ini, yang kemudian Ust Rakhmat Kurnia mengajak hadirin untuk berjuang berdakwah bersama dengan HTI. Ajakan ini mendapatkan respon yang baik, terbukti dengan angket ajakan berdakwah dengan HTI disambut positif oleh para peserta. Allahu Akbar ! (Ilamiyah Jateng)