Kantor Media Hizbut Tahrir
Wilayah Yaman
No : H.T.Y 66
Tanggal : 03 Jumaduts Tsani 1432 H/06 Mei 2011 M
Sulit Bagi Ali Abdullah Shalih Meninggalkan Pemerintahan!
Ketua Dewan Kerjasama Teluk, Abdul Lathif Az-Ziyani, yang tiba pada hari Sabtu 30 April di Shana’a tidak berhasil meyakinkan Ali Abdullah Shalih untuk menandatangani inisiatif teluk dalam posisinya sebagai presiden Yaman. Di mana sudah dijadualkan pertemuan di Riyadh hari Senin 2 Mei antara delegasi rezim berkuasa di Yaman dan partai-partai Joint Meeting Parties untuk menandatangani inisiatif teluk yang dibangun di atas inisiatif Amerika Eropa “rencana 30-60 hari”, Inisiatif itu dibuat setelah terjadi tuntutan para demonstran di 17 propinsi Yaman atas pengunduran diri Ali Abdullah Shalih setelah 33 tahun berkuasa. Inisiatif yang mendukung Ali Abdullah Shalih agar menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya dan kemudian mengundurkan diri dari pemerintahan dengan mengajukan pengunduran dirinya 30 hari setelah penandatanganan oleh kedua pihak dan satu hari pasca dibuat undang-undang oleh Dewan Perwakilan bahwa Ali Abdullah Shalih, anak-anaknya dan pilar-pilar rezimnya tidak akan dituntut secara hukum.
Hal itu datang setelah terjadi persetujuan Ali Abdullah Shalih dan rezim berkuasanya pada hari Kamis 12 April dan partai-partai di Joint Meeting Parties pada 25 April lalu atas inisiatif teluk.
Abdul Lathif az-Ziyani akan kembali lagi ke Shana’a setelah Ali Abdullah Shalih pada hari Ahad 1 Mei menjalin kontak dengan para menteri luar negeri di Riyadh dan memberi tahu mereka tentang kesediaannya menadatangani inisiatif menjelang pertemuannya untuk mendiskusikan apa yang dicapai oleh inisiatif mereka dan sebelum dikeluarkan deklarasi atas hal itu, yaitu sesuatu yang melegakan “Shalih”.
“Shalih” terus saja melakukan tipuan untuk bertahan di pemerintahan sejak mulai terjadi demonstrasi pada pertengahan Februari hingga meliputi 17 propinsi dari total 22 propinsi. Hal itu dilakukannya dengan mengklaim bahwa ia memiliki hak konstitusional untuk duduk di pemerintahan hingga tahun 2013. Dan ia mengklaim bahwa para demonstran hanyalah para pemberontak dan mayoritas rakyat masih mendukungnya!
Ali Abdullah Shalih yang didudukkan oleh Inggris ke kursi pemerintahan untuk melayani kepentingan-kepentingannya sebelum kepentingan masyarakat, ia mengetahui bahwa jika perannya telah berakhir dan ia tidak lagi mampu melayani tuan-tuannya, maka mereka akan meninggalkannya. Karena itu ia bertindak represif kepada masyarakat dan mengangkangi pemerintahan untuk melestarikan peran itu! Akan tetapi bisakah ia lakukan itu di depan barisan masyarakat?! Akan tetapi, dia seperti ruwaibidhah lainnya yang menempatkan diri mereka sendiri di kursi pemerintahan. Mereka tidak memiliki kekuasaan atas urusan mereka. Mereka hanya menjalankan apa yang diperintahkan tuan-tuan mereka. Ketika peran mereka telah berkahir maka mereka akan ditinggalkan oleh tuan-tuannya dan akhirnya mereka mendapati diri mereka berada di persimpangan jalan!
Itu adalah akhir dari setiap antek barat yang zalim terhadap umatnya dan dirinya. Tidak memerintah dengan Islam tetapi justru berkonspirasi melawan Islam dan kaum Muslim! Maka sampai di mana ia akan melangkah dan kepada siapa ia akan berlindung setelah diusir oleh tuan-tuannya? Maka apakah sama penghambaan kepada Allah dengan penghambaan kepada selain Allah?!
Kantor Media Hibzut Tahrir
Wilayah Yaman
Telp : 735417068
Email: h1924hi@gmail.com