Sebelum Meninggalkan Pemerintahan, Ali Abdullah Shalih Menghancurkan Perekonomian di Yaman

Kantor Media Hizbut Tahrir

Wilayah Yaman

No          : H.T.Y 67

Tanggal : 04 Jumaduts Tsani 1432 H/07 Mei 2011 M

Sebelum Meninggalkan Pemerintahan,

Ali Abdullah Shalih Menghancurkan Perekonomian di Yaman

Situs Ma’rib pada 3 Mei membongkar surat yang dikirimkan Menteri Perminyakan dan Menteri Keuangan yang berisi artikel kepada Perdana Menteri yang di dalamnya diberitahukan adanya kerugian akibat kerusakan pipa minyak antara ladang minyak di Ma’rib dan pelabuan ekspor di Hodeidah. Kerugian itu memaksa perusahaan pengilangan Aden meminta tambahan dana US $ 400-500 juta perbulan untuk membeli produk minyak untuk menutupi kebutuhan pasar dalam negeri. Hal itu masih ditambah kerugian sebesar US $ 229 juta akibat berhentinya aliran minyak mentah dan US $ 84 juta nilai gas rumah tangga. Itu berarti menghabiskan cadangan devisa dalam bentuk mata uang kuat dalam waktu kurang dari satu tahun.

Semua itu terjadi setelah tampilnya gubernur bank sentral di surat kabar ats-Tsawrah pada tanggal 16 April lalu yang mengumumkan turunnya nilai cadangan devisa bank sentral dalam bentuk mata uang kuat sampai US $ 5,1 miliar. Ia menjustifikasi penurunan itu dengan alasan penghentian sebagian aliran minyak di ladang roduksi, demikian juga pendapatan dari gas bakar.

Belum cukup bagi Ali Abdullah Shalih menyaksikan perekonomian Yaman selama masa pemerintahannya mengalami keterpurukan yang tidak biasa. Pada masanya Bank Dunia menghancurkan perekonomian Yaman melalui program-program reformasi keuangan dan administrasi. Ia pun pasrah kepada IMF agar membiayai anggaran belanja negara bagi rezim berkuasa dan mengarahkan perekonomian Yaman sesukanya. Perekonomian Yaman tidak nampak perbaikan dengan munculnya minyak pada masa Ali Abdullah Shalih. Sebaliknya perekonomian Yaman justru menyaksikan keterpurukan menyeluruh sampai mata uang lokal Reyal terpuruk terhadap dolar, munculnya indikasi-indikasi keterpurukan ekonomi Yaman pada tahun 2006, meningkatnya ketergantungan rezim “Shalih” kepada dana-dana investor asing, di mana Shalih tidak malu-malu lagi mengatakan kepada mereka “Kemarilah ke Yaman dan dirikan proyek-proyek yang Anda ingin dirikan”! … Dan terkahir ia menjual gas dengan harga sangat murah.

Ali Abdullah Shalih bersikeras melanjutkan penghancuran ekonomi hingga terakhir dengan mengalirnya kekayaan berupa mata uang kuat ke luar negeri Yaman sejak meletus demonstrasi di 17 propinsi Yaman yang menuntut ia mudur dari pemerintahan. Ia menghambur-hamburkan harta bank sentral ke kanan kiri untuk membeli loyalitas. Dan paling akhir, minyak dan gas juga tidak luput dengan ditelantarkan secara sengaja dan dijadikan sebagai alat menciptakan krisis-krisis mencekik dengan maksud untuk menyakiti masyarakat.

Milik siapakah harta yang dihambur-hamburkan Ali Abdullah Shalih itu? Bolehkah kita membiarkannya melakukan apa yang ia inginkan menjelang kepergiannya? Ataukah yang wajib bagi kita adalah menghalanginya melakukan tindakan seperti yang dia lakukan sekarang?

Ini adalah waktu munculnya kerusakan yang tidak bisa dibandingkan dengan waktu dan tempat mana pun, baik di Yaman atau pun di seluruh negeri Islam agar masyarakat bisa memahami sejauh mana keburukan penguasa mereka dan keburukan sistem-sistem yang digunakan memerintah mereka. Tidak ada jalan keluar yang bisa diharapkan dari semua itu bagi mereka kecuali kembali kepada Islam dan memohon maaf dan ampunan dari Rabb semesta alam atas keterlambatan selama 87 tahun berlanjutnya kehidupan Islam dengan tegaknya daulah khilafah, dan dengan berjuang sungguh-sungguh bersama Hizbut Tahrir untuk menegakkannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*