Surat kabar “Sharq Al-Awsat” edisi 16/5/2011 mempublikasikan hasil wawancara dengan Abdul Halim Khaddam, mantan wakil presiden Suriah. Khaddam berkata: “Apa yang terjadi pada rakyat Suriah merupakan dampak logis dari rezim diktator yang menguasai sistem kekuasaan ini. Di mana mulai dari Hafidz al-Asad, yang kemudian digantikan oleh anaknya. Artinya keluarga adalah pihak yang memiliki kekuasaan. Dan konsekwensinya keluargalah yang bertanggung jawab. Sehingga dalam hal ini, tidak ada seorang individupun dalam keluarga Assad, kecuali menggunakan pengaruh keluarga untuk mencapai keuntungan pribadi dalam melakukan penindasan dan pelecehan terhadap masyarakat.
Ia menambahkan: “Di Suriah, tentara bukan tentara rakyat, melainkan tentara bagi sekte penguasa. Mayoritas perwira tentara adalah dari satu warna. Di mana sebagian besar, jika tidak dikatakan semuanya adalah dari sekte Alawiyah, di Horan, Damaskus, Homs, Hama, Deir Al-Zour, Qamishli dan Banias, tidak ada seorang perwirapun yang dari luar sekte penguasa.”
Ia berkata: “Mengapa Israel khawatir terhadap rezim Suriah. Israel yang telah mengirim pesawat ke Deir Al-Zour dan melintasi sepanjang jalan, namun tidak satu pun yang berani untuk menembakkan roket (kepadanya). Israel juga telah mengirimkan beberap pesawat ke Ein al-Saheb 10 km dari Damaskus, lagi-lagi tidak yang berani untuk menembakkan roket kepadanya.”
Abdul Halim Khaddam, mengeluarkan pernyataannya ini dengan menyebutkan fakta-fakta yang sebenarnya sudah diketahui masyarakat. Akan tetapi ia lupa atau pura-pura lupa bahwa dirinya adalah bagian dari rezim diktator dan represif ini, bahkan ia termasuk di antara pelayan dan pendukung rezim yang paling senior. Di mana ia telah menduduki jabatan-jabatan penting, dan ia merupakan pendukung paling senior yang memperkuat pemerintahan keluarga al-Asad.
Ia telah menjadi pelayan keluarga ini sejak ia menjadi walikota Kenitra. Ia juga yang menyiarkan pernyataan melaui radio Suriah tentang jatuhnya Dataran Tinggi Golan, 18 jam sebelum kejatuhannya. Padahal ia mengetahui bahwa tentara Suriah telah mencapai pinggiran kota Tiberias. Ia menyiarkan pernyataan itu atas permintaan temannya Hafidz al-Asad yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan Suriah waktu itu, yang telah menandatangani kesepakatan untuk menjual Dataran Tinggi Golan kepada Yahudi.
Selanjutnya, sebagai Menteri Pertahanan, Hafidz al-Asad mengeluarkan perintah untuk pasukan Suriah yang bergerak ke arah Tiberias untuk segera mundur. Anehnya, dalam perintahnya ini, Assad tidak membuat rencana penarikan, namun semuanya diserahkan kepada para perwira dan tentara untuk mundur sesuka mereka, sehingga hal ini menimbulkan kekacauan di tengah-tengah mereka. Kekacauan inilah yang menyebabkan banyak dari tentara Suriah yang terbunuh di tangan Yahudi.
Hafidz al-Asad telah mengosongkan bukit Abu al-Nada yang tinggi, yang darinya dapat mengawasi seluruh wilayah, dan tidak menghalangi masuknya tentara musuh. Sehingga hal ini mempermudah masuknya pasukan musuh dengan damai dan aman ke wilayah Kenitra dan mendudukinya tanpa ada perlawanan.
Setelah itu, Hafidz al-Asad melakukan kudeta tahun 1970 dibantu rekan-rekannya dari partai Baath. Ia mulai mempromosikan Abdul Halim Khaddam, sehingga pada tahun 1975 al-Asad mengangkat Khaddam menjadi Menteri Luar Negeri, dan kemudian diangkat sebagai wakilnya pada tahun 1984. Semua itu diberikan atas jasanya yang telah mengabdi kepada keluarga al-Asad.
Ia tetap dengan jabatannya itu hingga setelah meninggalnya Hafidz al-Asad pada masa putranya Bashar al-Asad. Bahkan ia yang mendukung dengan kuat pencalonannya. Khaddam bersama rekan-rekannya dari partai Baath mengamandemen konstitusi selama satu jam agar sesuai dengan umur diktator Bashar al-Asad, yang semestinya tidak berhak untuk menjadi presiden berdasarkan konstitusi mereka.
Khaddam tetap menjabat sebagai wakilnya sampai dengan tahun 2005. Kemudian ia meninggalkannya setelah ia merasa bahwa ada kelompok yang mengendalikan rezim. Dan ia pun mulai memuntahkan sesuatu yang telah lama ditelan dan dinikmatinya.
Sejak itu ia mulai berteriak keras menyerukan tegaknya rezim demokrasi yang busuk dan amis yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan rezim diktator, kecuali dalam beberapa bentuk dan beberapa jenis metodenya.
Semua kejahatan yang dilakukan terhadap warga di negeri Syam, termasuk penghancuran daerah Hama, yang mengakibatkan puluhan ribu kaum Mukmin meninggal, penghancuran Tel Zaatar, pembantaian Tripoli dan kejahatan lainnya di Lebanon terhadap warganya, serta saudara-saudara mereka di antara warga Palestina, dan penghancuran kamp-kamp mereka, maka dengan semua itu Abdul Halim Khaddam bertanggung jawab bersama keluarga al-Asad, di mana ia telah menjadi pelayan setianya bagi keluarga yang busuk, serta rezimnya korup.
Namun yang sangat menyedihkan ada kelompok-kelompok yang menyebut dirinya kelompok Islam, hanya saja tidak memiliki kesadaran politik, dan beraliansi dengan orang ini (Khaddam) selama beberapa waktu. Kemudian-sekalipun terlambat-mereka menyadari bahwa mereka telah tertipu yang kedua kalinya, lalu mereka meninggalkannya. Sebelumnya mereka telah dibantai oleh rezim diktator, di mana Khaddam merupakan bagian darinya, pelayan setianya, dan orang yang terlibat dalam pengkhianatannya. Masihkah mereka berharap aliansi dengan kekuatan yang tidak ikhlas untuk menjatuhkan rezim busuk dan korup?! (kantor berita HT, 23/5/2011).