HTI Press. Hari Ahad (22/5) pagi sekeliling Masjid Ash Shirothol Mustaqim Tanjung meriah dengan kibaran royah dan liwa yang menarik perhatian khalayak ramai. Hari itu DPD II HTI Tabalong Kalimantan Selatan mengadakan Tabligh Akbar Menyambut Konferensi Rajab. Tidak kurang dari 200-an orang laki-laki dan perempuan, dewasa, pemuda, remaja bahkan anak-anak memenuhi ruang induk masjid jami’ di kota Tanjung Kabupaten Tabalong ini.
Dalam Tabligh Akbar ini, bergantian para ulama di Kabupaten Tabalong memberikan ceramah seputar tema “Hidup Sejahtera di bawah Naungan Khilafah”. Ustadz Abdul Wahid (Muballigh dan Pengasuh Majelis-majelis Ta’lim di Kabupaten Tabalong ) meyampaikan bahwa semua problem yang dihadapi oleh umat Islam kini karena umat Islam telah begitu jauh dari Islam, sehingga umat selalu dihinggapi masalah demi masalah dan masalah umat ini adalah tanggung jawab kita bersama. “Umat Islam adalah umat yang kuat jika bersatu namun sayang umat Islam kini terpecah-belah. Padahal, di zaman Khilafah dulu kita begitu maju baik di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Perhatian Khalifah terhadap manusia sangatlah besar, bahkan perhatian tersebut diberikan kepada hewan sekalipun. Apakah kita tidak merindukan kondisi seperti ini?”, tegas beliau.
Ceramah berikutnya disampaikan oleh Ustadz Drs. H. E. Mulyana Al Jawi, Lc (Pengajar Podok Pesantren Al Islam Kambitin Kabupaten Tabalong). Beliau menggambarkan kenyataan Indonesia ibarat orang sakit yang sedang berada di ruang ICU, semua perlu penangan serius. Kenapa ini bisa terjadi ? Beliau pun mengutip QS. Al Ahzab : 36 yang artinya : “Dan tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan tidak pula bagi mukmin perempuan jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu urusan, akan ada pilihan lain bagi mereka. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah sungguh telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” Terhadap upaya penerapan syari’ah dan Khilafah beliau menyatakan dengan ungkapan yang pernah dinyatakan oleh Utsman bin ‘Affan : “Man yatamassaka bisy syari’ah iltazama imanuhu dan taqwahu wa man lam yaltazim fi dinihi kal majnun (Barangsiapa yang berpegangteguh terhadap syari’ah terikatlah iman dan taqwanya, dan barangsiapa yang tidak terikat dengan agamanya seperti orang gila). Untuk itu kita harus bersatupadu, tidak boleh lagi terpecah-belah!”
Ustadz Muhammad Ruspiannoor (Aktivis HTI Tabalong) melanjutkan rangkaian ceramah dengan menyampaikan bahwa Khilafah merupakan perkara yang sudah jelas ketentuan hukumnya, yakni wajib. Dan para ulama pun telah pula sepakat atas hal ini. Secara faktual, Khilafah pun pernah ada dan mampu memberikan kesejahteraan bagi umat manusia yang bernaung di bawahnya. Sehingga, tidak ada yang perlu diragukan lagi untk memperjuangkan Khilafah.
Di kesempatan terakhir, Ustadz Fahrul (warga Tabalong yang sedang menyelesaikan kuliah di IAIN Antasari Banjarmasin) menutup rangkaian ceramah dengan mengingatkan bahwa Khilafah adalah janji Allah. Dan janji Allah ini harus direalisir dengan perjuangan sebagaimana dulu kabar gembira penaklukan Konstantinopel ditindaklanjuti oleh para sahabat dan generasi selanjutnya dengan perjuangan untuk menaklukkan Konstantinopel, bukan dengan menunggu saja.
KH. Rasyidi (Ketua Umum MUI Tabalong) yang seyogyanya menyampaikan ceramah pula berhalangan hadir karena ada aral.
Acara ini turut pula dihadiri oleh ulama, asatidz, dan tokoh-tokoh masyarakat di antaranya Ustadz Drs. H. Yazidi dan Ustadz Drs. H. Sabilarrusdi (keduanya adalah mantan Kepala Depag/Kemenag), Ustadz Irfan Wahyuni (Kemenag), Bapak H. Hasan Mugeni (Tokoh Muhammadiyah), dan lain-lain.[]