“Energi Listrik, Permasalahan dan Solusinya”
HTI-Press. Energi bagi sebuah negara merupakan sektor yang amat vital dan strategis. Kegoncangan di sektor ini bukan tidak mungkin akan mempengaruhi kedaulatan sebuah negara. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara produsen energi di dunia, kini sedang dihadapkan pada permasalahan energi yang cukup pelik. Setelah kenaikan BBM, pemerintah harus menghadapi dampak berupa menurunnya kemampuan PLN dalam memasok kebutuhan listrik. Padahal listrik selalu dibutuhkan baik oleh industri, perkantoran maupun masyarakat. Senyatanya, persoalan listrik bukan sekedar persoalan teknis engineering, tapi juga persoalan pengaturan kebijakan dan lebih mendasar lagi, ideologi.
Secara teknis terungkap, bahwa dengan total pembangkitan di Indonesia sebesar 24.856 MW, Ratio Elektrifikasinya masih berkisar +/- 64.34 %. Sedang Beban Biaya Produksinya Rp 1.304/kWh yang 78%-nya dialirkan untuk BBM. Padahal Rata-rata Harga Penjualan Tarif sebesar Rp 626,86/kWh. Artinya PLN harus menanggung beban Rp. 677.14/kWh.
Untuk menanggulangi tingginya ketergantungan terhadap listrik (49%-nya menggunakan BBM), Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumber energi lain yang belum di ‘garap’ secara serius. Tenaga air (8%), tenaga panas bumi (2%), batubara (18%), gas bumi (23%). Belum lagi gasbio dari sapi, dimana 100.000 ekornya bisa menghemat 3,3 juta liter minyak tanah/hari. Demikian juga dengan potensi angin.
Namun, pertanyaannya adalah siapa yang harus memulai dan bertanggungjawab akan hal tersebut. Mungkinkah di sebuah negara yang berbasis sekuler-kapitalis kebutuhan energi (baca: listrik) murah bisa dirasakan oleh masyarakat? Disinilah Islam dengan konsepnya yang mendasar mestinya bisa mengambil peran strategis dalam menyelesaikan problem energi.
Topik diatas mengemuka dalam Workshop Krisis Energi Indonesia yang pada putaran I mengupas “Energi Listrik,Permasalahan dan Solusinya”(Sabtu, 23/08). Workshop ini merupakan serial dalam sebuah tema besar “Selamatkan Indonesia dengan Syariah” yang diharapkan bisa menghasilkan rekomendasi strategis berupa solusi secara konseptual dan implementasinya untuk selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak pengambil kebijakan.
Disesi I, menampilkan 3 pemrasaran pertama, Bpk. Aris Edi Susangkiono (Ass. Manajer Pemasaran PLN DIY), Bpk. Rahmawan Budiarto (Peneliti dan Staf Pengajar FT. Fisika UGM), Bpk. Andang Widi Harto (Lajnah Mashlahiyah HTI DIY dan Staf Pengajar FT. Nuklir UGM), yang kemudian dilanjutkan dengan pemaparan gagasan dan pendapat oleh para peserta lainnya dari kalangan pakar akademisi (UGM, STTNAS), Dinas Pertambangan DIY, pemerhati masalah energi, dan kalangan media. Workshop yang difasilitasi oleh Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta ini, mendapat apresiasi positif dari seluruh peserta untuk dilanjutkan dengan putaran-putaran berikutnya. [Humas DIY]
salute for this workshop…
Yuk buktikan kalo Islam memang punya konsep yang aplikatif di semua aspek kehidupan. Biar masyarakat tahu bahwa syariat Islam sudah seharusnya diterapkan dalam kehidupan kita.
Sadarkan bahwa krisis energi bisa diatasi dengan sistem Islam. Jangan takut menggunakan energi nuklir. Larangan nuklir adalah karena orang-orang Barat ketakutan dengan kebangkitan Islam, lebih-lebih jika kaum muslimin menguasai teknologi nuklir.
Barakallahu alaikum..
Aktifitas politik sejati adalah mengurusi berbagaia keperluan ummat dengan Islam. Sungguh pahalanya sangat besar di sisi Allah Azza wa Jalla. Negarawan sejati bukanlah mereka yang memiliki atau memangku jabatan melainkan siapa saja yang berfikir mengenai kebaikan ummat.
Sekali lagi, barakallahu alaikum bi juhdikum…