Beirut: Sebuah partai Pan-Islam mengadakan aksi duduk di dalam Masjid Omari di Beirut pada hari Jumat untuk mendukung pemberontakan di Suriah, sementara demonstran pro-rezim berdemonstrasi di luar mesjid dan meneriakkan dukungan kepada Presiden Suriah, Bashar Assad.
Sekitar 400 orang berpartisipasi dalam aksi duduk yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir di halaman Masjid Omari di pusat kota Beirut pada siang hari setelah shalat Jumat, dan yel-yel anti-rezim mereka dijawab oleh kelompok pro-Assad yang berjumlah kurang dari 50 demonstran dan berkumpul di luar masjid.
“Bashar memuliakan kami, ia memuliakan kami karena mencintai Suriah,” dan “Suriah adalah milik kami , Bashar adalah pemimpin kami,” adalah beberapa slogan yang diucapkan oleh para demonstran yang kebanyakan adalah pro-rezim Suriah.
Sementara tentara berperalatan berat dan pihak keamanan berada di luar masjid, sambil menghalangi pintu masuk dan mengelilingi para demonstran pro-rezim Suriah dan mencegah terjadinya potensi bentrokan antara kedua kelompok.
“Aksi duduk yang dilakukan di dalam masjid tidak mewakili pandangan sebenarnya dari rakyat Suriah,” kata seorang demonstran pro-rezim, yang menolak menyebutkan namanya, kepada The Daily Star. Dia menambahkan bahwa protes anti-rezim itu “mencampuri urusan dalam negeri Suriah dan melanggar Perjanjian Taif .”
Pasukan keamanan mencegah wartawan media untuk memasuki masjid, tetapi para pengunjuk rasa di dalamnya terdengar meneriakkan yel “rakyat Suriah adalah satu.”
“Saudara-saudara kami di Suriah sedang dibantai,” kata Mohammad, seorang pengunjuk rasa anti-rezim, dalam perjalanan keluar dari Masjid Omari sambil dibawa pergi oleh seorang pejabat partai Baath yang meminta media untuk hanya meliput berita soal demonstrasi pro-rezim.
Korban tewas telah melampaui 1.000 orang sejak awal pemberontakan rakyat selama 10 minggu, menurut kelompok-kelompok HAM.
Abdul Latif Daouk, seorang pejabat Media dari Hizbut Tahrir, menyatakan bahwa partainya menyerukan dilakukannya aksi duduk di dalam masjid untuk menghindari masalah keamanan. “Kami tidak ingin bentrokan apapun, kami hanya ingin mengungkapkan pendapat kami,” kata Daouk.
Pejabat media itu mengatakan bahwa pihaknya mengundang semua orang untuk menghadiri acara tersebut dan mendukung rakyat Suriah tapi tidak ada koordinasi dengan parta-partaii Libanon lainnya.
Mengenai halnya aparat keamanan yang mencegah media untuk memasuki masjid, Daouk mengatakan “alasan mereka adalah bahwa mereka tidak ingin ada penyusup, tetapi jelas bahwa ada kebijakan keamanan yang pro-rezim Suriah di negeri ini,” dengan menyebutkan penutupan perbatasan Libanon Utara atas para pengungsi Suriah.
Menurut Daouk, sistem resmi negara Suriah adalah merupakan kaki tangan rezim Suriah untuk melawan rakyat Suriah. “Rakyat Libanon terbagi dua yakni mereka yang mendukung rezim dan mereka yang telah menggagalkan pemberontakan karena terlalu takut berbicara untuk mendukung pemberontakan.”
Ketika ditanya tentang posisi partainya atas sikap Hizbullah terhadap pemberontakan di Suriah, Daouk mengatakan “sikap perlawanan adalah sangat berbahaya bagi masa depan karena rezim yang selalu berganti tetapi sementara rakyat tidak.”
Menurut Daouk, rezim Suriah menggunakan perlawanan sebagai alat tawar-menawar dalam rangka menjaga perdamaian dengan Israel, dan Hizbullah harus tahu bahwa gerakan-gerakan perlawanan itu didukung oleh rakyat dan bukan oleh rezim-rezim itu.
Di tempat lain, warga Suriah dan para pekerja di Lebanon ikut berpartisipasi dalam aksi duduk mendukung rezim Suriah, yang diselenggarakan oleh Partai Pemuda Arab Libanon, mengambil tempat di tempat parkir Kota Sportif di Beirut.
Sumber: Daily Star (5/6/2011)