Di tengah gonjang-ganjing politik Yaman, Amerika Serikat (AS) diam-diam melancarkan serangan udara terhadap tempat-tempat yang diduga menjadi basis kelompok militan. Serangan dilakukan oleh pesawat tanpa awak dan jet tempur, The New York Times mengutip beberapa pejabat, Rabu (8/6/2011).
Intensitas serangan meningkat dalam beberapa pekan terakhir ketika posisi Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, salah satu sekutu AS, kian tak menentu. Tentara Yaman yang memerangi kelompok militan terkait Al Qaeda di wilayah selatan negara itu ditarik ke ibu kota, Pemerintah AS memandang serangan udara merupakan salah satu cara mencegah kaum militan berkonsolidasi.
Pada Jumat (3/6/2011), serangan jet-jet tempur AS menewaskan Abu Ali al-Harithi, seorang perwira menengah Al Qaeda Yaman, serta beberapa tersangka militan di wilayah selatan Yaman. Menurut beberapa saksi mata, empat warga sipil tewas dalam serangan itu. Beberapa pekan sebelumnya, pesawat tanpa awak melepaskan misil dengan sasaran Anwar al-Awlaki, ulama radikal kelahiran Amerika. Namun Awlaki tidak tewas.
Operasi militer ini sempat berhenti selama hampir setahun karena informasi intelijen yang tidak akurat hingga menyebabkan banyak serangan justru mengenai warga sipil. Beberapa pejabat di Washington mengatakan, dinas intelijen AS dan Arab Saudi menerima sejumlah informasi, baik dari informan maupun penyadap, tentang tempat-tempat yang diduga menjadi lokasi militan. Namun mereka khawatir, meluaskan konflik di Yaman menimbulkan risiko baru, yakni satu faksi memberi informasi ke pihak AS tentang faksi lawan.
Menurut seorang pejabat senior Pentagon, Rabu (8/6/2011), operasi militer melawan militan di Yaman makin rumit karena banyak anggota Al Qaeda yang berbaur dengan kaum pemberontak dan militan antipemerintah.
Operasi di Yaman ini dipimpin oleh Komando Operasi Khusus Gabungan dan berkoordinasi dengan CIA. Beberapa tim militer dan intelijen bahkan memilki pos komando di Sanaa, ibu kota Yaman, untuk melacak keberadaan kelompok militan dan rencana serangan mereka.
AS khawatir dukungan pada operasi ini berkurang bila rezim Saleh jatuh. Karena itu, Duta Besar AS untuk Yaman Gerald M Feierstein menemui sejumlah pemimpin oposisi dan mereka meyakinkan operasi melawan Al Qaeda di Semenanjung Arab akan terus berlanjut siapa pun nanti yang memenangi kekuasaan di Yaman.
Kerahasiaan operasi AS di Yaman ini termasuk salah satu yang paling dijaga oleh pemerintah Presiden Barack Obama. Presiden Saleh mengizinkan operasi ini pada 2009 dengan menetapkan sejumlah batasan. Saleh juga menegaskan semua operasi militer dilakukan oleh tentaranya.
Hingga kini, Saleh masih berada di Arab Saudi untuk menjalani perawatan setelah terluka dalam serangan roket ke istananya. (kompas.com, 9/6/2011)