Pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk kebebasan beragama, Heiner Bielefeldt, melontarkan kritik pedas terhadap laporan-laporan awal media menyangkut pembunuhan massal di Norwegia pekan lalu, yang langsung menghubungkan tragedi tersebut dengan terorisme Islam.
Heiner Bielefeldt, yang merupakan Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Beragama dan Kepercayaan, menunjuk laporan-laporan semacam itu sebagai contoh ‘memalukan’ dan ‘terungkap jelas’ mengandung prasangka-prasangka.
“Cara para komentator publik yang secara langsung menghubung-hubungkan pembunuhan massal di Norwegia pada Jumat (22/7) lalu dengan terorisme Islam merupakan contoh yang terungkap dan benar-benar memalukan menyangkut dampak kuat dari adanya prasangka,” kata Bielefeldt, seperti dikutip Pusat Media PBB, di New York, Amerika Serikat, Selasa (26/7).
“Sikap menghormati para korban dan keluarga korban seharusnya didahulukan daripada mengambil kesimpulan-kesimpulan yang murni berdasarkan spekulasi,” kata Bielefedt.
Setidaknya 75 orang tewas dalam dua serangan di Norwegia, yaitu ledakan di pusat ibukota negara, Oslo, serta penembakan massal di kamp pemudia di Utoya, sebuah pulau dekat Oslo.
Seperti yang disebutkan Pusat Media PBB, menyangkut serangan hari Jumat itu banyak laporan awal media yang langsung memusatkan topik pada kontribusi pasukan Norwegia dalam perang di Irak dan Afghanistan serta hubungannya dengan serangan hari Jumat di Norwegia.
Pada kenyataannya, tersangka serangan pembunuhan massal itu ternyata adalah seorang pemuda nonmuslim yang kemudian disebut-sebut media sebagai ekstrimis politik berkewarganegaraan Norwegia.
Akhir pekan lalu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Dewan Keamanan PBB secara berturut-turut mengeluarkan kecaman terhadap aksi serangan membabi buta di Norwegia hingga menewaskan puluhan orang.
Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara itu menegaskan tekad mereka untuk memerangi terorisme dalam bentuk dan didasarkan atas motif apa pun. (mediaindonesia.com, 27/7/2011)