Marilah kita benar-benar memperjelas masalah ini, ini bukanlah spekulasi para pakar, bukan pula dugaan orang yang suka menebak – dan hal ini sungguh mengerikan.
Saya pergi ke suatu tempat tidur mengerikan di dunia ini dan terbangun dalam keadaan lebih buruk. Pada saat ditulisnya artikel ini, rincian pembantaian Norwegia masih muncul, meskipun identitas pelaku kini telah dikonfirmasi dan motivasinya tampaknya semakin jelas: ekstrimis sayap kanan anti-Muslim yang membenci partai yang berkuasa.
Agaknya ia ingin menjadi terkenal atas namanya, itulah sebabnya saya tidak akan mengidentifikasi sang pembantai itu. Namanya layak untuk dilupakan. Dibuang. Dihapus. Penyebutan seperti “orang gila”, “monster”, atau “maniak” tidak akan dipakai juga. Ada pemuliaan yang jahat pada sebutan-sebutan seperti itu. Jika media akan memanggilnya dengan sebutan apapun, harus menyebutkan dengan sebutan yang menyedihkan, yang tidak berarti apapun. Pada berita Jumat malam, mereka menyebutnya dengan sesuatu yang lain. Dia adalah seorang sel teror yang dicurigai yang mungkin memiliki keterkaitan dengan al-Qaeda. Tak terhitung pakar keamanan yang mengantri memberitahukan saya hal itu. Serangan ini memiliki semua keunggulan serangan Al-Qaeda, kata mereka. Sambil menonton di rumah, firasat saya adalah bahwa hal ini tidak menambah sesuatu. Mengapa Norwegia? Dan mengapa hal ini khusus ditujukan kepada satu partai politik? Tapi, hei bukankah mereka para pakar. Mereka duduk di belakang sana dimana ada suatu keterangan bertuliskan kata “PAKAR” di atasnya. Setiap beberapa menit pembawa berita akan bertanya, “Apa jenis gambar yang muncul?” Atau “Menurut anda siapa yang mungkin bertanggung jawab?” Dan setiap beberapa menit mereka menjelaskan ini adalah “hampir pasti” merupakan karya seorang anggota sel Islam yang sangat terorganisir.
Sebagai buntut dari awal pengeboman itu, mereka mulai bergulat dengan satu pertanyaan kunci: mengapa Muslim membenci Norwegia? Untungnya, terdapat para pakar yang ahli untuk berbagi solusi menyumpal lubang alur cerita yang jelas dalam narasi berita yang sedang berlangsung itu.
Mengapa Kaum Muslim Membenci Norwegia? Harus ada alasan.
Norwegia menjadi sasaran karena perannya di Afghanistan. Norwegia menjadi sasaran karena pemerintah Norwegia baru-baru ini menentut seorang ulama ekstremis Muslim. Norwegia menjadi sasaran karena ada salah satu surat kabar yang telah mencetak ulang kartun Denmark yang kontroversial tentang Nabi Muhammad.
Norwegia menjadi sasaran karena, dibandingkan dengan AS dan Inggris, merupakan “sasaran empuk” – dengan kata lain, mereka menjadi sasaran karena tidak ada seorangpun yang mengharapkan demikian.
Ketika menjadi jelas bahwa penembakan sedang berlangsung di Pulau Utoya, para pakar keamanan telah meningkatkan penilaian mereka. Ini bukan lagi pemboman Al-Qaeda bergaya Bali, tapi pembantaian al-Qaeda bergaya Mumbai. Dan dugaan itu terus melebar, di televisi, dan koran online, termasuk yang satu ini. Sementara itu, di Twitter, kata itu cepat menyebar bahwa menurut saksi mata, penembak di pulau itu adalah seorang pria berambut pirang yang berbahasa Norwegia. Pada titik ini saya mengira bahwa perkiraan awal saya tentang al-Qaeda mungkin beralasan. Tapi dengan pendapat pakar keamanan siapa aku bertentangan? Seorang pria pirang Norwegia bersenjata tidak cocok dengan profil tradisional, kata mereka, jadi mungkin kita harus meninjau kembali. . . tapi jangan lupa bahwa al-Qaeda telah melakukan upaya untuk secara aktif merekrut ektrimis “pribumi”: kaum kulit putih agar tidak menimbulkan kecurigaan. Jadi pelakunya mungkin masih kaum Muslim. Segera, halaman depan harian Sun yang terbit Sabtu itu muncul dengan judul berita provokatif. Pembantaian “Al-Qaeda”: merupakan Peristiwa 11/9 NORWEGIA – tanda kutip pada kata “Al Qaeda” dianggap cukup untuk melindungi koran tadi dari tuduhan berita yang melompat pada kesimpulan.
Pada saat saya pergi tidur, menjadi jelas bagi siapa pun yang bisa melirik berita di internet bahwa hal ini lebih memiliki kesamaan dengan pengeboman Oklahoma 1995 atau pemboman 1999 di London dengan bom berpaku daripada horror pengeboman terbaru dari Al-Qaeda.
Sementara saya tidur, jumlah korban terus meningkat, mencapai jumlah yang mengerikan pada pagi hari. Keesokan paginya saya beralih pada berita dan pembicaraan soal Al-Qaeda sebagian besar telah hilang, dan para pakar itu sekarang menjadi pakar dalam bidang ekstremisme sayap kanan, seolah-olah mereka berada telah mengikuti suatu pelatihan dan memenuhi syarat untuk mendapatkan sertifikat dalam semalam. Sebagian dari mereka tetap takut menantang dalam menghadapi realitas baru yang sedang terjadi. Pada Sabtu pagi saya melihat pembawa berita Fox News mengatakan mantan diplomat AS John Bolton bahwa polisi Norwegia mengatakan bahwa ini tampaknya merupakan serangan bergaya Oklahoma, lalu menyanyakan kepadanya tentang bagaimana ini bisa cocok dengan penilaian sebelumnya bahwa al-Qaeda terlibat. Dia tampak skeptis. Masih terlalu dini untuk melompat kepada kesimpulan itu, katanya. Kita harus menunggu semua fakta sebelum sampai pada penilaian. Dengan kata lain: masih menganggap umat Islam terlibat sampai terlihat seperti itu tidak – di mana pada titik ini, terus menganggap merekalah pelakunya.
Jika ada yang membaca berita ini dengan membuka suatu saluran berita, tolong, jangan menyumbat saluran udara dengan fakta bebas dugaan kecuali jika Anda akan mengganti kata “pakar” dengan kata “tukang tebak” dan kata “berspekulasi” dengan “menebak”, sehingga akan benar-benar jelas bahwa ketika pembawa berita meminta para pakar untuk berspekulasi, mereka sebenarnya hanya meminta mereka untuk menebak. Juga, pilihlah para penebak yang lebih baik. Tebakan anda mengerikan, seperti seorang balita yang menebak-nebak bagaimana cara kerja helikopter. Saya tidak tahu apa-apa tentang terorisme internasional, tapi bahkan saya berusaha menebak. Ketika informasi lebih lanjut mengenai identitas sang teroris yang bertanggung jawab atas pembantaian itu menjadi jelas, banyak artikel online yang mulai muncul dan berusaha untuk menjelaskan motifnya. Dan di bawahn artikel-artikel itu terdapat banyak komentar dari para pembacanya, terutama yang mengekspresikan kemarahan dan ketakutan. Tapi ada beberapa komentar yang mulai mengganggu, “Apa yang dilakukan orang gila ini adalah mengerikan, tapi. . . ”
Kemudian kata “tapi” dari para komentator itu kemudian membahas mengenai imigrasi, yang sering mengacu pada cerita-cerita dengan umpan muslim yang membuat gemetar dan yang mereka ingat setengah-setengah dari pers. Jadi meskipun ini menjadi kisah tentang pembunuhan oleh seorang ekstrmisi Norwegia yang anti-Muslim yang bukan muslim, mereka berhasil menemukan cara agar jari mereka tetap menunjuk kesalahan pada umat Islam, sehingga bisa mengikuti alur cerita yang telah dijejali kepada mereka selama bertahun-tahun, dari mulai penggambaran keseluruhan terorisme sebagai suatu pengejaran khusus kepada Islam, yang digaris bawahi oleh para “pakar keamanan” yang cepat melihat gurita Al-Qaeda di mana-mana, hingga kepada cerita di tabloid tentang “toilet khusus Muslim” atau dewan lokal yang “melarang Natal”.
Kami berada di sebuah tempat yang menakutkan. Tebakan tidak akan membawa kita pada keselamatan. (guardian.co.uk, 24/7/2011)