Pernyataan Pers
Kopenhagen, 25 Sya’ban 1432 H / 26 Juli 2011 M
Tragedi Oslo – Seruan Untuk Introspeksi
Tragedi Oslo meninggalkan kepada kita ketakutan yang besar. Gambar-gambar korban tak berdosa dari serangan bom di pusat kota Oslo dan pembantaian selanjutnya yang dilakukan di Pulau Utøya jelas mengerikan. Kejutan itu menjadi lebih besar bagi banyak orang ketika pelakunya diketahui ternyata seorang warga Norwegia yang ada kaitannya dengan dengan kalangan sayap kanan. Sang pelaku, seorang simpatisan negara Israel- dan mantan anggota Partai Kemajuan Norwegia (Norway’s Progress Party), selanjutnya membenarkan kejahatannya itu sebagai keinginan untuk menyelamatkan Norwegia dan Eropa Barat dari Kaum Muslim dan pengambilan alih pengaruh dan budaya Marxis. Perdebatan tentang tragedi itu kemudian menjadi hal yang tidak terduga dan menghasilkan tuntutan sah untuk melakukan introspeksi dari sebagian pendebat. Dalam hubungan ini kami menganggap penting untuk menunjukkan hal-hal berikut:
• Keheranan bahwa pelakunya bukan Muslim jelas terungkap di media dan di antara para ahli, meskipun informasi statistik dari Europol menunjukkan bahwa hanya 6 dari “kegiatan terror” sejak tahun 1890 yang direncanakan atau dilakukan yang dapat dikaitkan dengan Muslim! Dan menurut catatan resmi FBI hanya 6% dari “serangan teror” di dalam negeri Amerika antara tahun 1980 dan 2005 yang dilakukan oleh Muslim. Walaupun ada fakta-fakta seperti itu, media, para pendebat, para ahli dan terutama para politisi dan lembaga-lembaga keamanan tetap menajamkan fokusnya pada apa yang disebut sebagai “teror Islam”. Karena itu, mayoritas kalangan negara-negara Barat dipenuhi anggapan atas ancaman overdimensi atau ilusi politik yang dibangun karena kehadiran Muslim di Barat sehingga menjadi ancaman keamanan! Sebaliknya, ancaman sebenarnya dari ekstremisme sayap kanan tidak pernah dinilai sangat mengkhawatirkan dalam agenda politik meskipun ada kecenderungan tumbuhnya kejahatan karena kebencian (hate-crimes) yang berasal dari lingkungan seperti ini dan peringatan yang jelas dari suatu perkembangan yang berbahaya, yang antara lain kita alami dari penembak jitu Malmo Swedia itu! Anomali ini bisa berasal dari kepentingan politik sebagai fokus serius pada ancaman dari ekstrimisme sayap kanan yang bisa melepaskan tanggung jawab para politisi atas fenomena ini karena hubungan yang jelas dengan retorika dan agenda para politisi itu, termasuk apa yang disebut Perang Melawan Terror dan kebijakan integrasi xenophobia.
• Tragedi Oslo saat ini telah menyebabkan suatu kritik yang sah dari lingkungan sayap kanan nasionalis karena politik xenophobia dan retorika demagog yang mempromosikan Islamofobia dan ekstremisme sayap kanan. Tapi bisakah seseorang mengabaikan kenyataan bahwa kekuatan-kekuatan itu merupakan sebuah produk pada zaman mereka? Bisakah kita mengabaikan kenyataan bahwa kekuatan-kekuatan ini seringkali merupakan instrumen penting dalam “Perang Melawan Teror”? Kekuatan-kekuatan itu berkontribusi pada legitimasi kebijakan imigrasi xenofobia dan “Perang Melawan Teror”. Dan sejak tanggal 11 September 2001, sebagian pihak di dunia Barat telah membentuk kerja sama dengan sayap kanan dan kalangan nasionalis bahkan mendapat jaminan secara parlementer melalui banyak partai. Karena itu, sayap kanan partai nasionalis dipromosikan oleh kalangan politik yang mapan dan media dan retorika mereka dilegitimasi secara hukum dan bahkan secara moral. Dengan iklim xenofobia dan Islamophobia yang melahirkan Perang Melawan Teror, lahan subur bagi sayap kanan nasionalis telah tumbuh dan para ekstrimis sayap kanan mulai menyebar di Barat. Suatu pertumbuhan yang telah mendorong bahkan para politisi sayap kiri untuk meniru retorika para politisi sayap kanan untuk menarik simpati pemilih. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekstremisme sayap kanan tidak dapat dikurangi pada retorika kalangan nasionalis sayap kanan, terutama karena beberapa kalangan politik yang mapan, para pembuat opini utama dan media berbagi visi dan sikap yang sama dan menggunakan retorika demagog yang sama. (demagog = seseorang/sekelompok orang yang memanipulasi emosi public untuk mendapatkan kekuasaan atau popularitas-pent).
- Tuntutan untuk melakukan introspeksi setelah tragedi Oslo-pada saat ini mendorong sebagian pihak pada upaya cuci tangan atau membebaskan para pembuat opini, media dan terutama kalangan politik yang merupakan sumber inspirasi ideologis bagi pelaku di balik tragedi Oslo-karena mereka menggambarkan kehadiran Muslim di Barat sebagai ancaman keamanan serta menggambarkan lawan-lawan mereka sebagai pengkhianat. Upaya menyedihkan itu terjadi antara lain dengan cara mengatakan bahwa tragedi tersebut sebagai karya seorang psikopat bermental gila dan menyatakan bahwa orang lain tidak dapat disalahkan karena kekejaman satu orang … Hal yang luar biasa adalah bahwa mereka bernyanyi dengan nada yang sama di balik upaya-upaya yang menyedihkan atas sejumlah orang yang tidak akan ragu untuk menimpakan seluruh masalah ini kepada dunia Islam dan Islam itu sendiri dikarenakan kekejaman seseorang terhadap warga sipil. Ini benar-benar waktu untuk melakukan kritik terhadap diri sendiri dan introspeksi!
• Tanggal 11 September 11, 2001, merupakan hari yang melegitimasi apa yang dinamakan Perang Melawan Teror oleh serangan-serangan militer terhadap negara-negara Muslim serta beberapa serangan budaya terhadap Islam di mana olok-olok, ejekan dan demonisasi atas Islam menggantikan kritik yang tenang dan perdebatan yang layak yang dulu dilakukan. Tanggal 22 Juli 2011 menunjukkan semua kejelasan konsekuensi fatal dari Perang Melawan Teror yang telah menciptakan masyarakat yang terpolarisasi dan xenophobia (takut akan orang asing). Ketika serangan 11 September tidak bisa dibenarkan dan tidak proporsional yang bisa melegitimasi perang terhadap beberapa negara Islam dan serangan terhadap budaya Islam, maka tanggal 22 Juli 2011 menjadi tanggal yang sah dan konsisten untuk melegitimasi suatu benturan dengan retorika para penyerang Islamophobia dan agenda yang terpolarisasi dari politisi yang tidak bertanggung jawab!
- Kami sangat berharap bahwa introspeksi yang berjalan mengarah kepada pengakuan fakta bahwa diperlukan perdebatan yang layak dalam rangka mempromosikan kerjasama yang baik antara semua kelompok keyakinan maupun pengakuan atas hak manusia untuk memiliki nilai dan keyakinan yang berbeda, belum lagi pengakuan demonisasi Islam dengan dalih kebebasan berbicara dan bahwa serangan militer dan budaya saat ini terhadap umat Islam berkontribusi pada iklim xenofobia. Pengakuan atas fakta-fakta itu sangat penting dalam rangka membangun kembali masyarakat yang toleran dan melawan ancaman ekstrimisme sayap kanan. Rakyat Norwegia saat ini harus membayar harga dari kebijakan pengecut dan gagal. Semua manusia yang waras harus bekerja sama untuk mengubah kebijakan ini sebelum merenggut korban lagi!
Chadi Freigeh
Media Perwakilan Hizbut-Tahrir – Scandinavia