HIP HTI Jabar: Indonesia Masih Terjajah!

HTI Press. BANDUNG- Aula gedung Ad-Dakwah ternyata tak cukup menampung antusiasme peserta yang hadir pada Halqah Islam dan Peradaban (HIP) edisi 22 HTI Jawa Barat hari Rabu (17/08). Dalam acara yang bertema “Benarkah Kita Telah Merdeka Secara Hakiki?” ini, panitia terpaksa mencari beberapa bangku cadangan agar peserta dapat duduk semua. Meskipun panitia hanya mendapatkan bangku-bangku panjang dari kayu, namun peserta ikhwan akhirnya bisa merasa nyaman. Tapi bangku kayu pun tak cukup, sebagian peserta akhwat ‘terpaksa’ harus duduk lesehan beralaskan karpet.

Banyaknya peserta yang hadir menunjukkan pentingnya tema yang dibahas dalam acara ini. Di samping itu, para pembicara yang hadir, yakni : Dr. Arim Nashim (Pakar Ekonomi Syariah), Prof. Asep Warlan Yusuf (Pakar Hukum), dan Ust. Lutfi Affandi, SH (Humas HTI Jabar) memilki magnet tersendiri karena dianggap kredibel dalam membahas tema ini.

Dalam pemaparannya, Dr. Arim Nashim menjelaskan bahwa meskipun Indonesia telah merdeka selama 66 tahun namun secara ekonomi kita belum mandiri. Malah, banyak produk-produk undang-undang yang dihasilkan justru pro-asing. Maka, kesejahteraan yang dicita-citakan itu masih jauh dari harapan. Menurut data BPS terbaru jumlah orang yang miskin ada sekitar 31 juta. “itupun dengan standar penghasilan 7 ribu/hari,” ujarnya.

Prof. Asep Warlan Yusuf mengamini apa yang disampaikan Dr. Arim. Menurutnya, Indonesia secara yuridis-formal memang telah merdeka, namun secara hakiki kita masih dijajah. Ia mengaku pernah ke Timika, Papua. Ia menyatakan melihat sendiri kekayaan alam kita “dijarah” besar-besaran oleh Freeport, sementara kita mendapatkan limbahnya. “Limbahnya sangat banyak, jika tanggulnya jebol, Kota Timika bisa habis,” ungkapnya. Sementara itu, para partai politik yang seharusnya melayani masyarakat, hanya mementingakan kepentingannya sendiri. “Sekarang hanya ada dua jenis partai. Yang pertama yang busuk, kedua yang sangat busuk,” katanya, yang disambut tawa para peserta.

Sementara itu, Ustadz Luthfi Afandi menjelaskan bahwa salah satu tandanya kita masih dijajah adalah perilaku presiden Indonesia yang berlebihan ketika menyambut kedatangan presidean Amerika Serikat. “Ketika tuannya datang, disambut dengan meriah. Pada saat menyambut pun Presiden SBY mengatakan,”Yang Mulia Presiden Barrack Obama”. Inilah prilaku orang yang dijajah. Padahal pada waktu yang hampir bersamaan datang juga Presiden Austria, namun disambut biasa saja,” ungkapnya. Luthfi pun menyampaikan bahwa penyebab utama terjadinya penjajahan yang masih berlangsung di negeri ini adalah pemahaman Sekulerisme, Demokrasi dan Kapitalisme yang sampai detik ini masih diteapkan di negeri ini.

Ketiga pembicara sepakat, bahwa hanya dengan Islam lah kemerdekaan yang hakiki itu bisa diraih. Untuk itu, diperlukan upaya dakwah yang terus menerus kepada umat agar dapat memahami Islam secara kaffah. (kantor humas hti/naz)

FOTO-FOTO KEGIATAN:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*