Anggota Dewan dari Komisi II, Akbar Faisal, mengungkapkan kekagetannya saat ditanya pendapatnya mengenai pidato kenegaraan dari Ketua DPD Irman Gusman yang menghabiskan dana Rp 170 juta. Menurutnya, biaya tersebut sangat berlebihan hanya untuk sebuah pidato.
“Hah? 170 juta? Untuk pidato? Mari aku bikinin gratis. Rp 170 juta pidato DPD? Enggak.. enggak bener itu. Nilainya kan substansi, bukan dari uang. Uang dari mana itu? Kalau menghabiskan dua malam iya, tapi kan bisa diketik di mana saja. Menurut saya, tidak bagus itu dan tidak punya dasar,” ungkap politisi Partai Hanura itu di Gedung DPR, Selasa (16/8/2011).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh anggota Komisi III dari Partai Gerindra, Martin Hutabarat. Ia menyayangkan pembuatan pidato yang menelan biaya secara berlebihan tersebut. “Berlebihanlah ya, pada saat suasana kita sekarang. Buat apa kita membuat pidato dengan uang sebanyak itu,” ujarnya.
Sebelumnya, Koalisi Masyarakat Sipil yang terdiri dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima), dan Komite Pemilih Indonesia (TePi Indonesia) telah melakukan investigasi mengenai dana proses pembuatan pidato.
Menurut Koordinator Formappi, Sebastian Salang, dalam proses menyusun pidato tersebut, DPD menyewa tempat khusus di Hotel Intercontinental selama dua hari. Selain itu, DPD juga menyewa tiga tempat pertemuan di hotel tersebut. Untuk menyewa bussiness center selama 16 jam, DPD mengeluarkan lebih kurang 800 dollar AS. Adapun harga kamar yang digunakan Rp 1.080.000 per kamar per anggota dan disewa untuk 30 anggota. (kompas.com, 16/8/2011)
hai,….ada lagi yang lebih gila…!!!!
Demokrasi, memang ajaran ilusi, tukang ngapusi, gawe gelo ati, ndak ada berkah Ilahi.
Waaaaaah,…..
spektakuler.G peduli pepesan ksng yg pntng mhl n b’gengsi.Akan ku tuntut nanti d hdpn Allah.
inilah yang menunjukkan mahalnya demokrasi….sudah saatnya kita kembali pada syariah dan khilafah Allahuakbar…..
ya..memang begitulah demokrasi..
Demokrasi liberalis dan kapitalis adalah pangkal kebokbrokan di negeri ini,saatny kita kembali kapada Ajaran Islam yang sebenarnya,tidak ada kebersamaan,yang ada caci maki dan saling menjatuhkan…..
katanya demokrasi rakyat yang yang menjadi tumpuan,tapi nyatanya rakyat tetap banyak yang melarat dan kelapan.
Hah….inilah bobroknya demokrasi, dasar tukang rampok uang rakyat.
makin kacau negeri ini jika dikembalikan kepada hawa nafsu manusia…hanya ALLAh yg berhak mengatur kehidupan ini.. dg syariah dalam bingkai khilafah…