Allah SWT mewajibkan seorang mukmin agar bersikap lemah lembut, kasih sayang dan rendah hati terhadap orang-orang yang beriman. Dan sikap lemah lembut itu bukan sesuatu yang menjadikannya aib atau hina.
Allah SWT mewajibkan seorang mukmin agar bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas, lagi Maha Mengetahui.” (TQS. Al-Maidah [5] : 54).
Dan Allah SWT berfirman: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (TQS. Al-Fath [48] : 29).
Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya yang mulia agar bersikap rendah hati terhadap orang-orang mukmin yang bersamanya, yakni bersikap lemah lembut dan kasih sayang terhadap mereka. Allah SWT berfirman: “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (TQS. Al-Hijr [15] : 88); Allah SWT juga berfirman: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (TQS. Asy-Syu’ara [26] : 215).
Dan seorang mukmin dilarang bersikap keras lagi kasar terhadap orang-orang yang beriman. Allah SWT berfirman: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (TQS. Ali Imran [3] : 159).
Sebaliknya Allah SWT memerintahkan seorang mukmin agar bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Allah SWT berfirman: “Hai Nabi, berjihadlah (perangilah) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan jahannam itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (TQS. At-Taubah [9] : 73).
Nu’man bin Basyir meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi seperti satu tubuh, apabila ada bagian tubuhnya yang sakit, maka menyebabkan bagian tubuhnya yang lain tidak bisa tidur nyenyak (gelisah) dan demam.” (HR. Muslim).
Rasulullah Saw bersabda: “Tiga golongan (calon) penghuni surga: penguasa yang adil, baik dan bertanggung jawab; seorang yang penyayang dan rendah hati terhadap setiap keluarga dan orang Islam; serta orang yang menjaga kesuciannya dan kehormatan keluarganya.” (HR. Muslim).
Kasih sayang terhadap orang-orang yang beriman itu hukumnya wajib berdasarkan sabda Rasulullah Saw: “Siapa saja yang tidak memiliki kasih sayang, maka ia tidak akan mendapatkan kasih sayang.” (HR. Bukhari). Dengan demikian, ancaman tidak mendapatkan kasih sayang itu menjadi qorînah (indikasi) wajibnya berkasih sayang terhadap orang-orang yang beriman.
Begitu juga hadits riwayat Abu Hurairah ra yang berkata: Aku mendengar Abul Qasim Saw. Sedang beliau orang jujur dan dapat dipercaya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya kasih sayang itu tidak akan dicabut kecuali dari orang yang celaka.” (HR. Ibnu Hibban).
Sementara orang yang paling utama memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang-orang beriman adalah orang yang Allah beri amanah untuk mengurusi urusan umat ini. Rasulullah Saw bersabda: “Ya Allah. Siapa saja yang diberi amanah mengurusi sesuatu di antara urusan umatku, lalu ia menyusahkan umatku, maka susahkanlah dia. Sebaliknya, siapa saja yang diberi amanah mengurusi sesuatu di antara urusan umatku, lalu ia melayani dengan penuh kasih sayang, maka kasih sayangilah dia.”(HR. Muslim).
Lalu, siapakah yang lebih utama dari orang yang berpuasa untuk menjadi orang yang berkasih sayang terhadap saudaranya orang-orang yang beriman; mencintai mereka; merendahkan diri kepada mereka; dan memberi mereka setiap manfaat dan kebaikan. Sementara pada saat yang sama, ia menjadi orang yang keras dan tegas terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik?
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 24/8/2011.
Alhamdulillah Dapat pengetahuan baru