Mantan kepala Dinas Keamanan Inggris (MI5), Lady Eliza Manningham-Buller, menyesalkan langkah pemerintah Inggris dan AS yang menyerang Irak dengan dalih perang melawan teror.
Berbicara selama kuliah pertama dengan tema, “Mengamankan Kebebasan”, mantan kepala MI5 ini mengatakan ia percaya London dan Washington tidak cukup memahami kemarahan yang telah terbentuk di antara negara-negara Arab, yang kemudian diperparah oleh invasi ke Irak, Guardian melaporkan.
Lady Eliza juga mengatakan serangan 9/11 adalah “sebuah kejahatan, bukan tindakan perang, jadi saya tidak pernah merasa tindakan setelah itu berguna untuk merujuk pada perang terhadap teror.”
Berbicara kepada audiens termasuk diantaranya Theresa May, mendagri, ia mengatakan bahwa anak muda Arab tidak memiliki kesempatan untuk memilih penguasa mereka sendiri.
“Bagi mereka musuh eksternal adalah cara persatuan untuk mengatasi beberapa frustrasi mereka. Mereka juga disatukan oleh penderitaan rakyat Palestina, serta pandangan bahwa barat mengeksploitasi minyak mereka dan mendukung diktator”, katanya menambahkan.
“Dan sangat salah untuk mengatakan semua teroris adalah al-Qaidah,” tambah Manningham-Buller.
Mantan bos MI5 ini mengatakan kampanye teroris – ia menyebutkan Irlandia Utara sebagai contoh – tidak dapat diselesaikan dengan cara militer.
Dia menggambarkan invasi Irak sebagai “gangguan dalam mengejar al-Qaidah”.
“Saddam Hussein adalah seorang diktator kejam namun dia maupun rezimnya tidak ada hubungannya dengan 9/11.” Invasi Irak, katanya, “memberikan arena jihad”, sehingga memacu warga negara Inggris untuk menggunakan teror.
Manningham-Buller, yang pensiun pada 2007, tidak berkomentar terkait serangan invasi ke Irak dalam sebuah wawancara dengan The Guardian pada tahun 2009. Namun, dia belum pernah menyatakan antipati terhadap kebijakan tersebut, ketika dia masih menjabat. (eramuslim.com, 4/9/2011)