Presiden Barack Obama telah gagal dalam memoles citra Amerika Serikat di dunia Arab setelah lebih dari dua setengah tahun ia memerintah Amerika Serikat. Sehingga dukungan terhadap kebijakan AS di kawasan Timur Tengah sekarang lebih kecil dari apa yang ada pada masa akhir kekuasaan kedua Bush.
Sebuah laporan menegaskan bahwa dunia Arab yang melihat George Bush begitu memusuhi Islam dengan dalih “perang melawan teroris” telah membuat Barack Obama sangat berhati-hati ketika memenangkan kursi presiden, dan menjanjikan sebuah “awal yang baru” dalam pidatonya di Kairo pada tahun 2009.
Laporan itu mengatakan bahwa Amerika Serikat dengan kepemimpinan Obama menghadapi kritik tajam karena tidak jelasnya sikap Amerika terhadap revolusi Arab dan keterlambatannya dalam mendukung revolusi-revolusi ini, sebagaimana yang terjadi di Mesir, di mana ia tidak mengambil sikap yang jelas, kecuali setelah semuanya berada dalam kendali militer.
Laporan itu menunjukkan tentang sikapnya terhadap Suriah, di mana AS tidak menyatakan sikap yang jelas terhadap pelanggaran Assad, kecuali baru-baru ini. Begitu juga terhadap Yaman, di mana ia masih memihak pada Presiden Shaleh, karena ia menjadi sekutunya dalam perang melawan “terorisme”. Hal ini di samping kegagalan apa yang disebutnya “proses perdamaian” di kawasan Timur Tengah, yang merupakan isu sentral bagi bangsa Arab.
Dilaporkan bahwa Arab American Institute (AAI) telah melakukan jajak pendapat di enam negara Arab, dan hasilnya menunjukkan bahwa popularitas Barack Obama ternyata tidak lebih dari 10% (islammemo.cc, 5/9/2011).