Bukti Nyata Kerjasama Inggris Dan Amerika Bersama Kaki Tangan Gaddafi

oleh: Reza Pankhurst

Kedekatan Inggris dan Amerika dengan rezim Gaddafi mulai terkuak dengan ditemukannya dokumen di kantor biro Moussa Koussa, bekas pejabat keamanan Gaddafi. Dokumen ini menunjukkan adanya kerjasama yang kuat antara MI6, CIA dan badan keamanan Gaddafi.

Meski hal ini sebenarnya sudah lama diduga sebelumnya, namun tingkat kedalaman kerjasama ini menunjukkan bahwa Barat sangat mendukung Gaddafi dan berakhir di bulan Februari ketika masyarakat mulai memberontak. Kini diketahui bahwa Abdul Hakim Belhaj (atau Abu Abdullah al-Sadiq) pernah dicari oleh rezim Libya di tahun 2004 dan CIA pun membantu pencariannya dengan alasan “berkomitmen untuk membina hubungan baik yang saling menguntungkan.” Setelah menangkap dan menyiksa al Sadiq, CIA pun menyerahkannya ke Libya. akhirnya setelah menderita siksaan di tangan CIA dan rezim Libya al Sadiq kini memimpin Dewan Militer Pemerintahan transisi Libya di Tripoli.

Di samping mengingat tidak adanya obyektivitas media barat dan kekosongan moralitasnya, perlu juga dipertanyakan kenapa media barat yang sama tidak mengungkap siksaan terhadap Al Sadiq dan mengapa CIA bisa lolos begitu saja tanpa dicap sebagai organisasi teroris internasional? mengapa justru dipertanyakan bahwa Al Sadiq merupakan ancaman terhadap kepentingan Barat dan keterlibatannya dengan gerakan Islam. tidak pernah diungkap secara terbuka tentang kemunafikan barat yang merupakan sekutu Gaddafi, dan juga tentang alasan ” kemanusiaan” NATO untuk membantu padahal ada kepentingan untuk mengendalikan masa depan Libya itu sendiri? tampaklah bahwa bagi barat keterlibatan CIA dalam penyiksaan bukanlah sesuatu yang penting yang perlu ditindaklanjuti. Sebagaimana dikatakan jubir CIA Jennifer Youngblood bahwa  “keterlibatan CIA untuk bekerjasama dengan pemerintah asing dalam melawan terorisme bukanlah sesuatu yang luar biasa. Justru inilah yang merupakan bagian dari tugas kita”.

Tentu saja detil tentang kerjasama merupakan pukulan terhadap kredibilitas moral Amerika yang saat ini semakin terpuruk, lebih jauh lagi telah dilaporkan bahwa CIA telah mengirim 8 orang untuk dinterogasi dengan penyiksaan oleh rezim Libya (MI6 sendiri diketahui mengirim 1 orang). Koran New York Times pun melaporkan bahwa korban penahanan dan penyiksaan dikirim oleh dinas intel Amerika dan Inggris ke Libya padahal negara tersebut sudah dikenal dengan metoda penyiksaannya. Pengiriman tahanan ke negeri ketiga atau ” rendition” adalah upaya penggalian informasi dari tersangka dengan teknik penyiksaan di luar Amerika, sehingga Amerika bisa berlepas tangan. Hingga saat ini Amerika masih bisa bersikeras bahwa tahanan yang ia kirim ke negara-negara tersebut diperlakukan dengan baik. Namun kenyataanya ketika tahanan disiksa untuk menjawab daftar pertanyaan CIA, ada kalanya agen CIA ikut hadir menyaksikan jalannya penyiksaan dan interogasi.

Menurut pejabat amerika yang dikutip harian Wall Street Journal,” ada banyak negara yang ingin menghabisi teroris yang mengancam Amerika. namun tidak berarti Amerika menutup mata terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan negara tersebut.” namun tidak jelas apakah sang pejabat tersebut meyakini kata-katanya sendiri. Proses “rendition” sendiri merupakan tindakan pelanggaran moral dan nilai yang perlu dikecam, dan pihak media barat pun perlu malu untuk melaporkannya masih dengan menggunakan bahasa yang netral.

Inggris yang merupakan ujung tombak NATO dalam menggulingkan Gaddafi pun tidak berbeda dengan Amerika. dalam lembaran fax tertanggal tahun 2004 yang dikirim dari kantor MI6 membuktikan kedekatan mereka dengan rezim Libya dan bahkan juga bersaing melawan CIA. Ini terlihat dari ucapan mereka terkait dengan isu Al Sadiq

,” minimal yang bisa kami sampaikan adalah hubungan yang erat yang terjalin sebelumnya.. Namun kami mendapatkan permintaan dari Amerika untuk mendapatkan informasi tentang Al Sadiq. saya sendiri tidak pernah berniat untuk mendapatkannya.”

Ini adalah rezim Libya yang sama yang dulu berjanji untuk tidak terlibat dalam penyiksaan, namun ditolak kebenarannya oleh Special Immigration Appeals Commission (‘SIAC’)  di tahun 2007. Sebagaimana disebutkan dalam rilis JUSTICE “keputusan pemerintah Inggris untuk mendeportasi dua warga Libya ke Libya karena alasan keamanan telah diambil meski sudah diketahui bahwa pemerintah Libya menggunakan metoda penyiksaan.” pengadilan saat itu tidak menyadari bahwa pemerintah Inggris pun terlibat dalam penyiksaan beberapa tokoh oposisi Libya.

Mengingat kedekatan rezim Libya dan Barat, yang tidak hanya meliputi kerjasama di bidang intelijen, tapi juga dalam hal bisnis antara Inggris dan Libya, dan normalisasi antara Libya dan Amerika dengan adanya kerjasama militer tahun 2009, maka umat di Libya harus waspada terhadap itikad NATO untuk menentukan arah masa depan Libya.

Maka jelaslah bahwa tampang pahlawan penguasa Barat dalam pemberontakan di wilayah Arab baru baru ini adalah untuk memegang kendali perubahan supaya kepentingan mereka jangan sampai terkorbankan, sebagaimana yang tercermin dalam perjanjian Sykes-Picot  paska perang dunia pertama. Umat di Libya telah menggulingkan  penguasa yang ternyata hanyalah boneka barat yang juga dikendalikan oleh barat juga. Maka setelah Gaddafi, umat tentu tidak menginginkan terjadinya pergantian boneka, apalagi kalau sentimen ke-Islaman justru dikorbankan hanya untuk menyenangkan rezim Barat.

Reza Pankhurst adalah penulis pada New Civilisation. ia mendapat gelar Phd dari London School of Economics bidang studi pemerintahan. ia juga menulis blog di rezapankhurst.net.

sumber: newcivilisation.com (3/9/2011)