Putusan bersalah atas apa yang dinamakan “Irvine 11” menunjukkan adanya sikap bermuka dua dan standar ganda atas “kebebasan berbicara” di Amerika Serikat. Para mahasiswa Muslim telah berani bertindak atas kewajiban Islam mereka untuk mengutarakan kebenaran dengan melawan ketidakadilan dan penindasan, terlepas dari konsekuensi yang mereka dapatkan ketika mereka berdiri melawan pidato Duta Besar Israel Michael Oren tahun lalu di University of California – Irvine. Satu per satu, mereka berdiri dan berteriak kepada duta besar itu ketika dia mencoba memberikan suatu pidato tentang hubungan AS-Israel. Sepuluh dari sebelas terdakwa didakwa dengan dua pelanggaran ringan yakni persekongkolan dengan sengaja untuk melakukan kejahatan dan mengganggu pertemuan umum, masing-masing menghadapi hukuman penjara selama enam bulan.
“Mengganggu kebebasan berbicara” adalah tuduhan yang lemah yang tidak memiliki sandaran, terutama di lingkungan universitas dimana pertukaran ide secara bebas memang dianjurkan. Apa yang membuat kasus ini menjadi lebih meragukan adalah kenyataan bahwa bahkan Presiden Obama sendiri pernah diinterupsi dengan pertanyaan yang menganggu oleh Joe Wilson Kongres dari Partai Republik ketika dia memberikan pidato utama tahun 2009 mengenai reformasi perawatan kesehatan. Tapi saat ini, ketika ada yang berbicara di lingkungan perguruan tinggi mengomentari suatu isu yang penuh emosi dan membecah belah maka itu adalah kejahatan. Jelaslah, seseorang bisa merasakan Islamofobia telah berperan dalam keputusan ini.
Adalah ironis saat para pemimpin Barat memuji kebebasan berbicara ketika hal itu sesuai dengan kebijakan-kebijakan mereka tapi ketika kaum muda Muslim berdiri melawan ketidakadilan, penindasan dan tirani kemudian mereka dihukum dengan tindakan kejam. Adalah tidak mengherankan mengapa umat Islam di seluruh dunia melihat pendekatan Barat dan “tindakan dukungan simbolis” sebagai sesuatu yang hampa dan palsu. Orang di seluruh dunia melihat kemunafikan Barat dan memahami bahwa janji-janji kebebasan dan demokrasi adalah kampanye untuk memasarkan kolonialisme.
Kaum Muslim di Barat harus terus mengutarakan kebenaran untuk melawan ketidakadilan dan penindasan, dengan gagah berani dan tanpa harus takut akan konsekuensinya. Jika mereka melakukan ini, mereka akan menjadi syuhada sebagaimana yang dijanjikan oleh Nabi SAW:
“Penghulu para syuhada adalah Hamzah. Dan orang yang mengutarakan kebenaran di depan penguasa yang tidak adil”
Wahai para pemuda pemberani umat ini, kami mengagumi Anda, yang telah berani untuk berdiri melawan ketidakadilan, penindasan, tirani, boikot, pertumpahan darah dan penghinaan. Wahai pemuda pemberani, bersukacitalah dengan kabar gembira dari Nabi SAW yang bersabda:
“Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang berpegang teguh pada perintah Allah, mereka tidak akan menjadi celakan oleh orang-orang yang menentang mereka atau yang meninggalkan mereka, hingga perintah Allah datang dan mereka akan menang atas umat manusia.”
Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa para pemuda yang berani itu dan memberikan mereka Janatul-Firdaus dan memberikan keluarga mereka kesabaran dalam menghadapi masa-masa sulit, Amin.
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah (janjinya) (Surat Al-Ahzab:23)
sumber: khilafah.com (24/9/2011)