Tulang belulang sekitar 1200 tahanan penjara Abu Salim, Tripoli, ditemukan berserakan di sebuah kuburan massal di selatan kota itu. Jurubicara Dewan Transisi Nasional (NTC) Salim al Farjani menjelaskan, terdapat bukti bahwa jenazah itu disiram cairan asam sebelum ditutup dengan tanah. “Hal itu dilakukan untuk menghilangkan semua bukti pembantaian tersebut,” katanya.
Seorang petugas medis, Osman Abdul Jalil mengatakan bahwa jenazah-jenazah tersebut akan diidentifikasi dengan tes DNA dan kemudian dicocokkan dengan DNA keluarganya. “Tes tersebut akan memakan waktu sampai tahunan,” tambahnya.
Menurut pengakuan korban selamat kepada organisasi hak asasi manusia, peristiwa pembantaian tahanan Abu Salim di Tripoli terjadi pada tanggal 29 Juni 1996. Ketika fajar menyingsing, sipir penjara membariskan tahanan di halaman penjara Abu Salim. Petugas keamanan yang berdiri di atap penjara kemudian menembaki para tahanan dengan senapan Kalashnikov. Lalu, agar benar-benar yakin para tahanan itu sudah tewas, mereka ditembaki lagi dengan pistol dari jarak dekat.
Revolusi yang meruntuhkan rezim Gaddafi dipicu oleh aksi protes yang digelar awal tahun ini terkait pembantaian tahanan Abu Salim.
Pertempuran di Bani Walid dan Sirte
Sementara itu di pinggiran Bani Walid, pasukan NTC mengalami kesulitan mendekati kota tersebut. Medan yang berbukit dan perlawanan sengit dari pasukan pendukung Gaddafi merupakan rintangan utama pasukan NTC menguasai kawasan itu. Persenjataan berat akan dikerahkan guna merebut Bani Walid.
Namun di Sirte, pasukan Dewan Transisi Nasional berhasil melangkah lebih maju. Seperti yang dijelaskan Ahmed Bani, jurubicara militer kepemimpinan Libya yang baru, “Kami memasuki Sirte dari selatan hingga ke tangsi militer Guardabia dan bandara. Di sana terdapat perlawanan sengit, namun pasukan kami berhasil merebutnya. Di utara, pasukan kami masuk dari pesisir. Lalu di jalan raya Sirte juga terjadi pertempuran hebat.”
Dari arah timur, pasukan NTC berhasil masuk hingga ke pusat kota. Langkah mereka didukung oleh pasukan NATO dari udara. Pasukan loyalis Gaddafi juga bertahan habis-habisan. Warga sipil di Sirte berusaha keluar dari lokasi pertempuran. Ada yang bersembunyi di kota, namun akhirnya ditembaki kaki tangan Gaddafi atau dijadikan tameng hidup.
Sementara perang berkecamuk di Bani Walid dan Sirte, Dewan Transisi Nasional di Tripoli meraih kemajuan menuju pemulihan. Pekan ini rencananya bandara Tripoli kembali dibuka untuk lalu lintas udara domestik dan internasional. (dw-world.de, 25/9/2011)