Makassar, HTI Press. Gedung Balai Sidang 45 Makassar bergemuruh. Kurang lebih 1000 Ulama, Asatidz dan Asatizdhah berkumpul menghadiri acara yang dikemas oleh Hizbut Tahrir Indonesia Sulawesi Selatan. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka menjalin ukhuwah serta memperkokoh komitmen para Ulama, Asatidz dan Asatidzah untuk memperjuangkan Syariah dan Khilafah.
Acara yang bertajuk Raih Kesejarhteraan dengan Syariah dan Khilafah menghadirkan Ustadz Syamsuddin Ramadhan dari DPP HTI. Dalam Kalimatul hikmahnya beliau menyampaikan, “Tidak ada keraguan bagi kita bahwasanya menegakkan Syariah Islam merupakan kewajiban asasi bagi seorang muslim”. Beliau mengutip penjelasan dari Imam Ibnu Katsir dalam surat An-nisa ayat 65 dan menyimpulkan bahwa Ulama yang menolak Syariat Islam tidak pantas disebut Ulama.
KH. Syahrir Nuhung Lc. M.Thi Ulama Sulsel yang diundang untuk menyampaikan testimoninya juga mengungkapkan, “Ulama yang mendzolimi diri adalah Ulama yang menolak tegaknya Syariah dan Khilafah”.
Selain KH. Syahrir Nuhung Lc. M.Thi, hadir pula Tokoh-tokoh Ulama diantaranya Ustadz Ridwan Pattbone dan Ustadz Mustari Ago.
Liqo Syawal Ulama kali ini juga menampilkan pembacaan syair berjudul Yaumun Nashr oleh Ustadz Syamsuddin Al-Makassary beserta timnya. Syair ini dibuat sekitar tahun 70-an oleh Syekh Hafidz Sholeh salah seorang Ulama Hizbut Tahrir dan pengarang kitab An-Nahdhah. Syekh Taqiyuddin An-Nabhani pernah berpesan agar syair ini dibacakan ketika kaum muslimin berkumpul untuk menyambut tegaknya Syariah dan Khilafah.
Di Akhir acara Humas DPD HTI Sulsel Ustadz Kemal Shodiq menyampaikan seruan Hizbut Tahrir pasca ramadhan. Pada intinya mengajak para Ulama, Asatidz dan Asatidzah untuk mengambil peran yang lebih besar dalam perjuangan penegakkan Syariah dan Khilafah. [MR]