Ikhwanul Muslimin menginginkan sebuah demokrasi di Suriah bukan sebuah negara Islam untuk menggantikan rezim Presiden Bashar al-Assad yang diperangi, mantan pemimpin Ikhwan Suriah mengatakan Minggu malam lalu.
Berbicara di sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Brookings Doha Center di ibukota Qatar, Ali Al-Bayanouni mengatakan Ikhwan “tidak memaksakan kehendaknya pada posisi oposisi atau pada orang-orang Suriah.”
“Kami mendukung pembentukan negara modern sipil, dan demokratis,” katanya menegaskan.
Bayanouni mengatakan Dewan Nasional Suriah yang baru dibentuk mewakili 80 persen dari oposisi Suriah.
Kelompok oposisi, baik Islam dan sekuler, mengumumkan pembentukan dewan nasional pada pertemuan di Istanbul pada hari Minggu lalu, mereka bersumpah untuk membentuk sebuah front bersatu melawan rezim Assad.
Pemimpin Ikhwan Suriah saat ini, Riyad al-Shaqfa, diangkat menjadi salah satu anggota dewan nasional Suriah.
Dalam pernyataannya, Bayanouni juga mengkritik masyarakat internasional, khususnya Amerika Serikat, karena gagal mengambil sikap menentang penumpasan brutal Assad terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah.
“Kami berharap AS akhirnya menyadari bahwa kepentingan mereka terhadap rakyat Suriah danbukan dengan rezim yang berkuasa,” katanya.
Ikhwanul Muslimin sendiri dilarang di Suriah dan semua pejabat Ikhwan saat ini tinggal di pengasingan.(eramuslim.com, 4/10/2011)
inilah orang yang tidak paham tentang pentingnya keberadaan Negara Islam, dan kewajiban menegakkannya, justru malah mengagungkan sistem demokrasi yang sudah nyata kebobrokannya, wahai saudaraku kapan engkau sadar tentang kerusakakan umat ini akibat sistem demokrasi, tidakkah engkau melihat saudara kita di Palestina dibantai israel atas nama demokrasi, saudara kita di Iraq, Afghanistan, Rohingnya, Pattani, Xiyanjiang dsb mereka dibantai juga atas nama demokrasi. wahai sadaraku sungguh demokrasi saat kehancurannya tinggal menunggu waktu.
Konsep negara demokrasi adalah konsep yang dijual-paksakan oleh negara2 barat seperti AS dan eropa ke negara2 muslim.
Lantas kenapa anda wahai muslim mau-maunya ikut menawar-nawarkan?