“Protes Wall Stret” yang telah berlangsung selama tiga minggu kini berkembang menjadi aksi “protes Washington”. Ratusan pengunjuk rasa berdemonstrasi di ibukota Amerika Serikat (AS), Washington, Minggu (9/10) atau Senin (10/10) WIB. Para demonstran marah dengan kesediaan pemerintah AS untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan kaya sementara mengabaikan kesulitan mayoritas warga AS. Protes Washington dikenal juga dengan sebutan gerakan “Pendudukan Washington DC”.
Lebih dari 200 demonstran berjalan menuju Freedom Plaza, dekat Gedung Putih. Sementara sebuah kelompok demonstran lainnya menuju Malcolm X di barat laut Washington. “Kami tidak memerlukan perusahaan besar, kami hanya butuh pekerjaan. Tapi pemerintah hanya peduli tentang Exxon dan Wall Street,” kata guru sains dari Pennsylvania, Lana Ferree.
Situs “Protes Washington DC” (The Occupy DC) menyatakan bahwa gerakan itu dibangun mencontoh gerakan “Protes Wall Street” yang telah berjalan di New York sejak 17 September. Kedua kelompok anti kapitalis itu marah terhadap meningkatnya ketidakadilan ekonomi yang terjadi di AS, di tengah krisis keuangan global.
“Fokus kami adalah pada perekonomian, korupsi perusahaan terhadap sistem politik kami dan dampak negatif dari kepribadian perusahaan,” kata situs The Occupy DC yang menghindari menunjuk juru bicara gerakan. Minggu lalu, Presiden AS Barack Obama mengatakan bahwa “Protes Wall Street” di New York dan di luar itu merupakan ekspresi kemarahan publik dan frustasi terhadap ketamakan bankir dan sebuah perekonomian yang sekarat, dengan tingkat pengangguran mencapai 9,1 persen.
“Protes Wall Street” dan “Protes Washington DC” mendapat kritikan dari media karena kurang memiliki tujuan khusus. Meski demikian media lokal The New York Times dalam tajuknya membela para demonstran dengan menekankan bahwa aksi protes itu merupakan perlawanan kembalinya perekonomian kepada cara-cara Wall Street yang menjerumuskan negara itu kepada krisis ekonomi.
The New York Times menyatakan tugas pemimpin bangsa untuk membuat undang-undang memperbaiki perekonomian negara. Protes Wall Street telah menjadi perdebatan umum di kalangan para calon presiden AS 2012. Salah satu kandidat calon Presiden AS dari partai Republik, Herman Cain menuding meluasnya aksi “Protes Wall Street” sebagai “Anti Amerika”
“Meski kita memiliki tantangan. Saya menyakini bahwa aksi protes itu lebih pada anti kapitalisme dan anti pasar bebas,” ucapnya. (suarapembaruan.com, 10/10/2011)