Partai an Nahdha Tunisia kembali menyuarakan perkara yang batil dengan menolak dijadikannya agama sebagai sumber hukum dalam pemerintahan. Partai ini juga berjanji tidak akan mengubah sekulerisme yang sudah menjadi asas negara di Tunisia.
Sebagaimana dikutip dari situs http://english.alarabiya.net (5/11) Partai an Nahda yang akan memerintah di Tunisia pasca tumbangnya Zainal Abidin bin Ali akan fokus pada demokrasi, hak asasi manusia dan ekonomi pasar bebas dalam rencana perubahan konstitusi.
Partai ini tidak akan menggunakan agama sebagai rujukan teks rancangan yang konstitusi yang akan disusun . Demikian disebutkan oleh pimpinan partai an Nahda.
Pemerintah, yang akan diumumkan minggu depan, tidak akan memperkenalkan syariah atau konsep Islam lainnya untuk mengubah sifat sekuler konstitusi yang berlaku di Tunisia pasca revolusi Musim Semi Arab Tunisia yang menggulikngkan Zainal Abidin bin Ali pada Januari
Semua pihak sepakat untuk menjaga artikel pertama dari konstitusi saat ini yang mengatakan bahasa Tunisia adalah bahasa Arab dan agama negara adalah Islam. “Ini hanya deskripsi realitas,” kata pimpinan An Nahda Rasyid Ghannouchi. “Itu tidak memiliki implikasi hukum.
” agama tidak akan dijadikan referensi dalam konstitusi. Kami ingin memberikan kebebasan bagi seluruh negeri,tidak ada hukum untuk mempromosikan keimanan ” ujarnya.
Dia juga mengatakan pengaruh Barat terhadap dirinya yang selama 22 tahun dalam pengasingan di London telah membantunya melihat pentingnya masyarakat sipil dalam mempengaruhi politik
Apa yang dikatakan oleh pimpinan an Nahdha ini adalah kebatilan yang jelas. Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Dalam Islam terdapat kewajiban yang jelas untuk menerapkan seluruh syariah Islam secara menyeluruh termasuk dalam bernegara.
Partai an Nahda sepertinya terjebak dalam pragmatisme politik karena dorongan ingin berkuasa namun bukan untuk menerapkan syariah Islam . Pertanyaannya, apa artinya kekuasaan kalau bukan untuk digunakan menerapkan syariah Islam?
Sekulerisme juga tidak akan menyelesaikan masalah di Tunisia dan negeri-negeri Timur Tengah lainnya. Justru sekulerismelah yang selama ini menjadi pangkal masalah di Tunisia yang melahirkan pemimpin yang represif dengan dukungan Barat.
Sementara ekonomi liberal juga telah menjadi jalan perampokan negeri-negeri Islam. Artinya, dengan menerapkan sekulerisme , Partai an Nahda telah menjadi kaki tangan Barat untuk mengokohkan kembali penjajahan mereke di Tunisia.
Masalah di Tunisa dan negeri Islam lainnya, hanya akan bisa diselesaikan dengan menerapkan syariah Islam. Khilafah Islam sebagai institusi negara yang menerapkan syariah Islam itu akan akan menghentikan penjajahan Kapitalisme Barat yang telah menjadi pangkal derita umat.(FW)
KHILAFAH HARGA MATI!!!
Satu lagi partai penipu … terulang muncul !
Innalilahi wa innalialhi roji’un. kemenangan sudah ditangan, lha kok tujuannya jadi mlenceng yaitu menerapkan syariah dan kilafah. Sia2lah demo yang banyak makan korban. Mustinya sebagai individu dan masyarakat islam, syariah adalah harga mati. Lha kalau itu kan pragmatis, moderat dan munafik. Susah dan takut banget sih terhadap sekularisme. payah
seharusnya, umat tidak pantas membela apalagi mendukung partai seperti ini… karena nyata-nyata partai ini tidak berjuang untuk Islam apalagi diharapkan untuk membela umat Islam….
Capek..hidup di NKRI ini, KORUPTOR dipelihara..