Maktab I’lamiy
Hizbut Tahrir Indonesia
NO: 214/11/11 18 November 2011/22 Dzulhijjah 1432 H
PERNYATAAN
HIZBUT TAHRIR INDONESIA
“PROMOSI ISLAM MODERAT UNTUK KEPENTINGAN BARAT“
Dalam pidato di depan peserta APEC CEO Summit 2011 di Honolulu, Hawaii pada 12 November baru lalu, Presiden SBY menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi model Islam Moderat yang berkomitmen menekan radikalisme dengan cara yang tidak melanggar HAM dan menjunjung demokrasi. Ia juga menyatakan bahwa tidak perlu ada konflik antara Islam dengan modernitas dan demokrasi.
Pernyataan ini tentu layak untuk dipertanyakan. Pasalnya, Islam dan Demokrasi memiliki landasan pemikiran yang berbeda dan bertolak belakang. Demokrasi menunjung prinsip kedaulatan di tangan rakyat (as-siyadah lis-sya’bi). Artinya, yang menentukan benar dan salah adalah manusia berdasar prinsip suara mayoritas. Sementara Islam menyerahkan kedaulatan kepada Allah SWT (as-siyadah lis-syar’i). Sumber hukum dalam Islam bukanlah kehendak manusia tapi berdasarkan kepada Al Qur’an dan as Sunnah dalam segenap aspek kehidupan.
Apabila Islam tidak bertentangan dengan demokrasi, mengapa umat Islam di Indonesia dilarang untuk menerapkan syariah Islam secara kaffah atau menyeluruh? Mengapa pula dilarang menerapkan syariah dalam politik dan kenegaraan, menegakkan khilafah, dan berjihad fi sabilillah? Bahkan di beberapa negara yang mengaku demokratis seperti Perancis, mengapa menggunakan burqa dilarang?
Apa itu Islam Moderat? Rand Corporation – sebuah lembaga riset yang banyak menjadi rujukan pemerintah AS – dalam “Building Moderate Muslim Networks” menjelaskan karakter Islam moderat, yakni mendukung demokrasi, pengakuan terhadap HAM (termasuk kesetaraan jender dan kebebasan beragama), menghormati sumber hukum yang non sekterian, dan menentang terorisme.
Secara lebih detil, Robert Spencer – analis Islam terkemuka di AS – menyebut kriteria seseorang yang dianggap sebagai muslim moderat antara lain: menolak pemberlakuan hukum Islam kepada non muslim; meninggalkan keinginan untuk menggantikan konstitusi dengan hukum Islam; menolak supremasi Islam atas agama lain; menolak aturan bahwa seorang muslim yang beralih pada agama lain (murtad) harus dibunuh; mendorong kaum muslim untuk menghilangkan larangan nikah beda agama dan lain-lain.
Jadi, sangat jelas Islam Moderat adalah istilah yang sarat kepentingan Barat. Sebuah model Islam yang bisa menerima nilai-nilai Barat dengan meninggalkan prinsip-prinsip pokok dari ajaran Islam itu sendiri.
Berkenaan dengan hal ini, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:
1. Istilah Islam Moderat tidak lain cara yang digunakan Barat untuk membendung tegaknya Islam, memecahbelah dunia Islam dan melanggengkan penjajahan Barat atas Dunia Islam. Siapa saja yang mau menerima dan mengakomodasi kepentingan penjajahan Barat akan disebut Muslim moderat. Mereka akan diberikan ‘carrot’, dipuji habis-habisan dan dipromosikan. Sementara siapa saja yang bertentangan dengan hal itu akan disebut Muslim radikal dan teroris. Mereka mendapatkan ‘stick‘, artinya legal diperangi dengan cara apapun.
2. Barat sangat menyadari bahwa tegaknya kembali Khilafah di tengah-tengah kaum muslimin yang akan menerapkan syariah Islam secara kaffah, menyatukan umat Islam diseluruh dunia, melindungi dan membebaskan umat Islam yang tertindas dengan jihad fi sabilillah dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga menjadi rahmatan lil ‘alamin, akan mengancam dominasi mereka. Oleh karena itu, tegaknya kembali Khilafah harus dicegah dengan segala cara. Salah satunya dengan menggunakan politik belah bambu. Umat Islam yang mendukung mereka diangkat, dipuji-puji dan dijuluki Muslim Moderat, sedang yang bertentangan harus ditekan habis.
3. Sungguh amat disayangkan, presiden SBY dan penguasa negeri Islam lainnya mau menjadi kaki tangan negara-negara penjajah dengan mempromosikan Islam moderat yang hakekatnya adalah racun yang amat berbahaya. Mestinya, yang dilakukan oleh SBY dan penguasa negeri Islam lainnya adalah segera menghentikan penjajahan Barat di negeri-negeri Islam. Menghentikan perampokan kekayaan alam oleh negara-negara Barat lewat korporasi mereka yang rakus, melindungi rakyat dari serangan brutal dan pembunuhan massal negara-negara Barat atas nama perang melawan terorisme. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka penguasa negeri Islam itu tidak lebih sekedar ‘jongos’ dari tuan besar negara imperialis yang nasibnya pasti akan berakhir menyedihkan.
Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’man nashiir
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia
Muhammad Ismail Yusanto
Hp: 0811119796 Email: Ismailyusanto@gmail.com
Wahai umat Islam kembalilah pd jati diri muslim sejati yg pemikiran, perasaan dan keyakinan dgn Islam dgn membebaskan umat pd berhala kapitalisme, materialisme, sekularisme agar umat bs bersatu hanya tunduk pd syariahNya dgn satu kepemimpinan dunia yg bs menghilangkan sgl hegemoni kafir yg merusak pemikiran dn pemecah belah umat.
penguasa negeri ini menggunakan berbagai cara, termasuk logical fallacy.
Ah.. negara ini memang negara yang tidak tahu akan karunia Alloh swt. Islam moderat tidak lebih dari cara-cara munafik untuk menghancurkan islam. Banyak kemunafikan dengan mengatas namakan agama. Demokrasi saja merupakan sistem untuk menentang islam, apa lagi yang dilontarkan SBY tidak lebih dari niat busuk untuk menyuburkan kemunafikan dan menghancurkan islam. Wahai kaum muslimin mari kembali ke islam.Tinggalkan para ideot yang mendorong islam liberal dan moderat.
pertempuran ideologi sampai Allah memenangkan agama-Nya.
Masya Allah, makarnya kaum kafirin akan sirna, Cahaya agama Allah akan menerangi seluruh penjuru. Makarnya kaum kafir tdk akan dpt hancurkan Dienul Islam