Presiden Yaman Menandatangani Kesepakatan Mundur

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menandatangani sebuah kesepakatan yang akan membuatnya mundur dari jabatan.

Kesepakatan ini didorong oleh sejumlah negara Teluk Arab, di ibukota Arab Saudi, Riyadh.

Tetapi sejumlah pendemo di ibukota Yaman, Sanaa, menolak kesepakatan yang membuat presiden kebal dari hukum.

Ali Abdullah Saleh, 69, memimpin Yaman sejak tahun 1978 disebut-sebut pernah beberapa kali menandatangani kesepakatan untuk mundur di masa lalu, tapi selalu menarik diri di menit-menit akhir.

Para pendemo menyatakan kesepakatan Teluk itu mengabaikan ”para martir berdarah”, demikian laporan wartawan BBC di Sanaa.

Saleh menandatangani kesepakatan di hadapan Raja Saudi Abdullah dan sejumlah pejabat senior Saudi lainnya setelah dia terbang ke Riyadh Rabu pagi.

Dibawah kesepakatan, presiden akan menyerahkan kekuasaan kapada wakilnya Abdrabuh Mansur Hadi dan sebagai gantinya dia akan mendapatkan kekebalan dari tuntutan.

Hadi kemudian diharapkan akan membuat sebuah pemerintahan persatuan nasional dan juga menyelenggarakan pemilihan presiden secepatnya dalam waktu 90 hari.

Kesepakatan ini menekankan bahwa Saleh akan tetap menjadi presiden kehormatan selama tiga bulan setelah menandatangani kesepakatan.

Saat menandatangani kesepakatan, Saleh berjanji akan bekerja sama dengan pemerintahan yang baru yang akan memasukan oposisi.

Dia juga meminta semua warga Yaman bersatu dalam membangun kembali negara yang pecah akibat konflik.

Kesepakatan baru ini muncul setelah pembicaraan intensif di Yaman oleh utusan PBB untuk negara ini, Jamal Benomar.

Perawatan di New York

Pendemo menolak kekebalan hukum yang ditawarkan kepada Saleh

Juni silam, Saleh mendapat serangan di Sanaa dan kemudian terbang ke Arab Saudi untuk perawatan medis.

Dia kembali ke Yaman September, dan kemarin mengatakan akan pergi ke New York untuk mendapatkan perawatan lanjutan.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, ”Jika dia (Saleh) datang ke New York, Saya akan senang bertemu dengannya.”

Ban menambahkan bahwa dia sangat ”mendorong perkembangan positif di Yaman”.

Aksi demonstrasi penentang pemerintah, dimulai Februari silam telah menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka di Yaman.

Aksi yang awalnya dimulai dengan damai menentang Presiden Saleh semakin meningkat menjadi konflik bersenjata yang melibatkan suku dan milisi berbeda.

Lima atau enam provinsi dilaporkan tidak lagi berada dalam kekuasaan pemerintah.

Sementara itu, bentrokan kembali terjadi antara pasukan pendukung Saleh dengan pasukan bersenjata pimpinan pembangkang Sheikh Sadiq al-Ahmar di Sanaa, Rabu (23/11).

Tidak ada korban dalam laporan awal pertikaian di distrik al-Hasaba Sanaa.

Saleh -yang menyatukan Yaman Utara dan Selatan di tahun 1990- selama ini mengklaim sebagai satu-satunya orang yang bisa mengontrol secara politik dan sosial di negara yang terpecah tersebut.

Tetapi sebagai salah satu negara termiskin di dunia, dia gagal menyediakan kebutuhan mendasar bagi warga Yaman, yang menuduhnya korupsi dan menyalahgunakan kekuasaan.(bbc,24/11/2011)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*