Pada hari Jum’at, 7 Muharram 1433/2 Desember 2011, para demonstran yang menentang tiran Basyar Assad dan rezim Baath sekulernya, mengusung slogan; “Revolusi Arab dilakukan demi kehormatan, dan untuk menghancurkan berhala sisa Sykes-Picot“. Semua ini menunjukkan kesadaran dan pemahaman masyarakat, bahwa penyebab bencana yang menimpa mereka adalah Konvensi Inggris-Prancis ini yang dikenal sebagai perjanjian Sykes-Picot ini. Di mana konvensi ini mengharuskan penghancuran Khilafah Islam, dan merobek-robek wilayahnya menjadi negeri-negeri kecil dan lemah, kemudian ditempatkan padanya rezim boneka yang dispotik dan diktator dengan konstitusi sekuler Barat, dan diangkat para antek yang bertugas melayani kepentingan negara-negara penjajah.
Para demonstran juga menyerukan “orang-orang mukhlis dan berhati nurani” dalam militer untuk melindungi mereka dan mengulingkan rezim. Mereka juga menyerukan Dewan Transisi dengan mengatakan: “Untuk Dewan Nasional, takutlah kalian kepada Allah dalam mengurusi urusan kami”. Mereaka melakukan semua ini, karena mereka tahu bahwa orientasi Dewan Nasional melenceng dari Islam.
Mereka juga mengejek Walid Muallim, Menteri Luar Negeri rezim Baath dengan mengatakan: “Walid Muallim kumpulan kaum idiot mulai dari kepala hingga kaki”. Mereka menyeru rezim ini sambil mengejek Menteri Luar Negerinya dengan mengatakan: “Tampak jelas kebohongan kalian pada lidah drum”, maksudnya adalah video yang menampilkan Walid Muallim, dan menunjukkan bahwa gambar itu diambil di Tripoli pada insiden lama, bukan situasi yang ada di Suriah. Sehingga semua ini memperlihatkan kebohongan dan kebodohan rezim, tidak hanya kebohongan dan kebodohan Muallim saja.
Mereka, rakyat negeri Syam yang diberkati terus mengulang slogan-slogan mereka yang juga diberkati, yang telah menyatu dalam setiap gerakan mereka, seperti “Kami tidak akan berlutut kecuali hanya kepada Allah“.
Sementara itu, pembunuhan terus digalakkan oleh kekuatan kriminal di bawah tiran Syam, di mana beberapa orang mengatakan bahwa sejauh ini jumlah orang yang telah syahid lebih dari 10 ribu orang. Sekalipun demikian, rakyat Suriah tidak dibuatnya takut, di mana hal ini tampak bahwa setiap hari mereka terus melakukan aksi demonstrasi.
Dalam kesempatan ini, Joseph Biden, Wakil Presiden AS mengunjungi Turki memuji sikap rezim Turki terkait masalah Suriah, termasuk peran-peran yang diberikan oleh Amerika kepada pemerintah Turki yang dipimpin oleh Erdogan, di mana hal ini jelas bahwa Biden mengunjungi Erdogan di rumahnya. Sungguh semua ini menunjukkan sejauh mana keterikatan Erdogan pada Amerika. Peran ini tercermin dalam penyusunan alternatif sekuler demokrasi yang lain, yang mengikuti Amerika, menggantikan Partai Baath sekuler, yang juga mengikuti Amerika sejak Hafidz Assad hingga putranya Basyar Assad.
Erdogan saat kunjungannya ke Mesir dua bulan lalu telah menyerukan kepada rakyat Mesir untuk mendirikan sebuah rezim sekuler di negara mereka. Hanya saja rakyat Mesir menolaknya, dan menganggapnya sebagai sistem kufur dan ateisme.
Dengan semua ini menunjukkan bahwa peran Erdogan di kawasan Timur Tengah, termasuk di Suriah, adalah untuk menjamin pembentukan rezim sekuler di Suriah, dan mendukung antek-antek kaum sekularis yang mengikuti politik Amerika. Oleh karena itu, Dewan Transisi Suriah didirikan di Istanbul, di bawah pengawasannya dan atas dasar sekulerisme, serta dipimpin oleh orang sekuleris yang membenci Islam, dan kemudian melakukan intervensi dalam politik (kantor berita HT, 7/12/2011).