HIP Jabar: Deradikalisasi = DeIslamisasi

Bandung, HTI Press. Di awal tahun baru hijriyah 1433 H, bertepatan dengan 27 November 2011 kemarin, HTI Jabar mengadakan Halqah Islam dan Peradaban (HIP) ke-25 bertajuk  “Proyek Deradikalisasi : Upaya Mengaborsi Kelompok Islamis?”. Tampil sebagai pembicara Ustaz Haris abu Ulya (Lajnah Siyasiyah DPP HTI) dan Kol (Purn.) Herman Ibrahim (Pemerhati Intelijen). Gedung Ad-Dakwah yang menjadi tempat kegiatan terasa penuh sesak dengan tingginya antusiasme peserta yang hadir. Para peserta ikhwan tidak sedikit yang tidak kebagian tempat duduk, sehingga harus rela berdiri, sementara peserta akhwat banyak pula yang harus duduk lesehan di karpet.

Dalam sambutannya, ketua DPD 1 HTI Jabar, Ustaz Muhammad Riyan menerangkan bahwa proyek deradikalisasi tidak lepas dari war on terrorism (WOT) yang sejak tragedi 11 September 2011 gencar disuarakan Amerika Serikat. Menurutnya, proyek deradikalisasi merupakan bentuk dari kotra terorisme. Meskipun, terorisme sendiri tidak memiliki definisi yang disepakati. Faktanya terorisme justru diarahkan pada gerakan-gerakan Islam. “Istilah ini dijadikan AS sebagai alat untuk memberangus kelompok Islam, sementara tidak digunakan untuk kelompok separatis seperti di Timor Timur atau di Papua,” tandasnya.

Ustaz Haris Abu Ulya menerangkan dengan gamblang proyek deradikalisasi di Indonesia yang digawangi oleh Badan Nasional  Penanggulangan Terorisme (BNPT) pimpinan Ansyad Mbai. Menurutnya, proyek ini merupakan salah satu bentuk dari strategi utama dalam melakukan kontra terorisme dalam bentuk soft power. Anggapan umum pemerintah, terorisme disebabkan oleh ideologi radikal, sehingga ideologi ini harus diubah. “ini oversimplikasi, menurut berbagai riset justru menunjukkan bahwa terorisme lebih dominan disebabkan imperialisme Amerika Serikat,” terangnya.

Haris pun menerangkan beberapa uslub (cara) dalam melakukan deradikalisasi, mulai dari pemberdayaan tokoh-tokoh moderat untuk menyebarluaskan ajaran moderat; menyebarluaskan buku, tulisan, dan film tentang Islam moderat; program rehabilitasi para teroris pada saat menjalani hukuman di LP, seperti kunjungan ke panti asuhan, penikahan napi kasus terorisme di dalam lapas, dialog dengan jaringan Islam moderat dll; hingga memasukkan muatan ajaran Islam moderat ke kampus-kampus. Untuk melaksanakan semua kegiatan ini diperlukan dana yang sangat besar. “Anggaran APBN untuk BNPT 476,6 miliar setahun,” ujar Haris.

Sementara  Kol (Purn.) herman Ibrahim mengingatkan bahwa hakekat dari deradikalisasi merupakan deIslamisasi. Dengan proyek ini, beberapa ajaran Islam yang dianggap radikal, ditafsir ulang.  Ia pun menerangkan bahwa ini merupakan salah satu strategi dari barat dengan para anteknya dengan jumlah dana yang sangat besar. “Mereka yang bergabung merupakan orang yang mencari sumber daya untuk mereka sendiri,” tandasnya.

Herman pun menjelaskan bahwa yang harus dilakukan sekarang adalah perang opini. Meskipun, harus diakui, sekarang dunia informasi dikuasai Barat. “Dalam sebuah buku disebutkan bahwa Barat bisa memproduksi 5 juta kata per detik, sementara dunia Islam hanya sekitar 500rb kata,” ujarnya.

Senada dengan Herman, haris pun menekankan bahwa satu satunya cara menangkal serangan deradikalisasi adalah dengan melakuan perang pemikiran. “Deradikaliasi itu bentuknya pemikiran, sehingga untuk melawannya diperlukan siraul fikr (pergolakan pemikiran) bahkan kifah as-siyasi (perjuangan politik),” terangnya. (naz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*