Perusahaan AS Kirim Gas Airmata dan Peluru ke Mesir

Amerika Serikat terus mengirim senjata pengendali massa ke Mesir, bahkan saat pasukan keamanan melakukan penindasan keras atas pemrotes di Negara Piramida tersebut, kata Amnesty International, Rabu (7/12/2011).

Kelompok hak asasi tersebut menyatakan pengiriman paling akhir ke Mesir terjadi pada pada November, berupa setidaknya tujuh ton bahan kimia penyebab iritasi dan bahan lain yang biasa digunakan dalam kerusuhan seperti gas air mata, dan ditujukan buat Kementerian Dalam Negeri di negeri itu.

Semua pengiriman senjata semacam itu oleh AS harus dihentikan “sampai ada kepastian bahwa gas air mata dan senjata, amunisi atau peralatan lain tak berkaitan dengan pertumpahan darah di jalanan di Mesir”, kata Brian Wood dari Amnesti International.

Kelompok hak asasi manusia tersebut dengan keras mengecam keputusan pemerintah AS untuk mengizinkan pengiriman itu, dan menyatakan pemerintah Mesir menanggapi protes dengan menggunakan kekerasan berlebihan dan mematikan.

“Tak bisa dibayangkan bahwa pemerintah AS tak tahu mengenai bukti penyalahgunaan luas yang tercatat oleh pasukan keamanan Mesir,” kata Amnesti International sebagaimana dikutip AFP.

Organsasi tersebut mendesak dicapainya kesepakatan internasional yang mencakup amunisi yang digunakan oleh badan penegak hukum. “Bahkan dalam situasi saat pemrotes bentrok dengan polisi anti-huru-hara, tak ada izin untuk menggunakan kekerasan secara berlebihan dan gas air mata secara serampangan,” kata Wood.

Pengiriman pada November oleh perusahaan AS, Combined Systems, Inc., merupakan satu dari tiga pengiriman senjata ke Mesir sejak unjuk rasa terhadap pemerintahan presiden saat itu, Hosni Mubarak, meletus pada pengujung Januari.

Mubarak meletakkan jabatan dan telah digantikan oleh penguasa militer yang telah berikrar akan menyerahkan kekuasaan setelah pemilihan presiden paling lambat akhir Juni tahun depan.

Combined System yang berbasis di Jamestown, Pennsylvania memproduksi amunisi untuk lembaga-lembaga militer dan penegak hukum, termasuk peluru karet dan gas airmata.

Ketika dikonfirmasi soal itu, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan perusahaan-perusahaan AS mengirim gas airmata ke Mesir menggunakan lisensi yang kini sudah kedaluarsa.

“Kami mengecam penggunaan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa dalam pemberontakan yang terjadi di Mesir,” kata juru bicara kementerian itu, Mark Toner.

“Kami menganggap serius tuduh soal penyalahgunaan gas airmata itu,” lanjutnya, seraya menambahkan bahwa pihaknya kini menyelidiki hal itu.

Menurut Amnesti Internasional, banyak granat bercap logo perusahaan itu, yang diambil para pemrotes dari Lapangan Tahrir, jantung gerakan demonstrasi itu,

Pengiriman senjata yang paling baru dari AS ke Mesir termasuk 21 ton amunisi pada April dan 17,0 ton lainnya terjadi pada Agustus 2011. (kompas.com, 8/12/2011)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*