Menyingkap Tabir Hubungan Israel Dengan Sudan Selatan

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir Mayardit. Bahkan keduanya telah mengadakan pembicaraan. Begitu juga telah diadakan pertemuan dengan para anggota Biro Politik Gerakan Rakyat, para memimpin Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA), serta para pemimpin militer dan keamanan di Negara Sudan Selatan.

Pertemuan yang dilakukan secara terbuka ini bukan yang pertama setelah pemisahan Sudan Selatan, dan pengumumannya sebagai negara merdeka. Sejumlah delegasi dan keamanan militer Israel telah melakukan berbagai kunjungan ke negara bagian selatan ini. Begitu juga Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman dan para spesialis dalam urusan Afrika di Kementerian Luar Negeri Israel.

Sehingga apabila hal itu kita tanbahkan pada kunjungan yang dilakukan oleh Presiden Uganda dan Kenya ke Israel dua bulan lalu, dan pemilihan Sudan Selatan untuk mendirikan kedutaan besarnya untuk Israel di al-Quds (Yerusalem), bukan di Tel Aviv, maka kita bisa mendapatkan sejumlah fakta tentang gerakan Zionisme di Afrika pada umumnya, dan khususnya di wilayah sungai Nil dan Sudan Selatan.

Israel masih mencari dokumen-dokumen tentang masalah sungai Nil untuk digunakan menekan Mesir. Dan ini merupakan cara tradisinal (khas) dalam politik Israel. Namun yang paling berbahaya adalah bahwa di sana ada kerjasama militer yang terus meningkat antara entitas Zionis dan Sudan Selatan. Hal ini, mungkin Israel menyadari bahwa gelombang revolusi yang meningkat di kawasan Arab, serta jatuhnya rezim Mubarak akan mempersulit posisinya, dan menjauhkannya dari dokumen-dokumen stabilitas yang bergantung pada pemerintah yang selama ini bekerjasama dengannya untuk isu-isu Arab dan Palestina. Sehingga Israel harus mengimbanginya dengan memperkuat kerjasama militer dan strategis dengan Negara Selatan.

Kami tidak mengatakan bahwa hubungan Sudan Selatan,  Gerakan Rakyat, para memimpin Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA), serta para pemimpin militer dan keamanan di Sudan Selatan sebagai sesuatu yang baru, melainkan sesuatu yang sebelumnya rahasia menjadi terbuka, dan yang sebelumnya tersembunyi menjadi terungkap. Dan yang benar bahwa hubungan-hubungan ini juga telah ada sebelum pemisahan Sudan Selatan, serta berbagai informasi intelijen dan pers telah mengungkapkannya, bahkan semua itu diketahui dengan jelas dan pasti, sama saja baik melalui politik Mesir maupun Israel (islamtoday.net, 15/12/2011).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*