Ghannouchi Abaikan Masalah Penting Bangsanya Demi Menyenangkan Amerika

Presiden Partai An-Nahdhah berbicara tentang masalah-masalah utama yang menjadi perhatian masyarakat Arab dan Islam. Dalam pembicaraannya ini ia berusaha untuk membuktikan bahwa partainya bukan pendukung terorisme, dan bukan ekstremisme hingga kapanpun. Ia berkata: “Sejak pengumuman pembentukan An-Nahdhah sebagai gerakan politik pada tahun 1981, saya bukan pendukung terorisme.”

Mengenai pendapatnya tentang masalah Palestina, ia berusaha menghindari untuk mendukung rakyat Palestina dalam usaha membebaskan seluruh Palestina, sebaliknya ia menegaskan  persetujuannya pada gagasan dua negara untuk menyenangkan Amerika, ia mengatakan: “Ini masalah yang kompleks, yang belum terselesaikan, baik oleh Arafat, Abu Mazen dan Hamas. Sementara mayoritas rakyat Palestina telah menerima ide solusi atas dasar dua negara ini. Sehingga masalah ini sekarang menjadi masalah internal Palestina dan Israel.” Bahkan ia menegaskan pandangan nasionalismenya yang sempit, ia berkata: “Saya tertarik pada Tunisia. Saya fokus pada model dan pengalaman yang ingin saya bagi pada mereka agar sukses, pada saat orang lain hanya memperhatikan masalah Palestina atau Libya. Setiap orang tertarik untuk mewujudkan kepentingannya, sementara kepentingan saya adalah membangun Tunisia.”

Ia menjilat Amerika ketika ia berbicara tentang program pemilunya, ia berkata: “Program pemilu kami tidak ada keinginan apapun untuk memutuskan hubungan dengan Israel … Konflik Arab-Israel bukanlah salah satu kebijakan jangka panjang yang berpengaruh di Tunisia. Sehingga tidak satupun partai di Tunisia, termasuk Partai An-Nahdhah yang bermaksud untuk mengusulkan tuntutan seperti ini dalam konstitusi baru. Sementara satu-satunya negara yang akan disebutkan dalam Konstitusi mendatang adalah negara Tunisia.”

Pernyataan Ghannouchi yang memalukan itu disampaikan sebelum ia mengunjungi Washington, yang dilakukan dengan harapan untuk mendapatkan bantuannya agar partainya mendapatkan legitimasi untuk berkuasa.

Beberapa politisi Tunisia berkomentar dan sangat mengkritik kunjungan Ghannouchi ke Amerika. Abdul Sattar Syaubi berkata: “Kunjungan Ghannouchi dalam keadaan yang menyelimuti Tunisia seperti ini merupakan pesan yang jelas dan terang-terangan yang menegaskan bahwa gerakan An-Nahdhah mengharuskan masa depan Tunisia berkoordinasi dengan Washington.”

Seorang profesor ilmu politik dan hukum di Universitas Tunisia, Hisyam Ar-Raqiq berbicara tentang kunjungan itu, ia berkata: “An-Nahdhah harus menyadari bahwa masa depan Tunisia tidak dikonsep untuk keluar dari batas-batas wilayahnya. Masa depan Tunisia dibangun di sini, tidak dengan konsep Washington, musuh pertama bangsa Arab yang telah menghancurkan Irak.” Ar-Raqiq menambahkan: “Kunjungan Ghannouchi ke Washington jika itu dilakukan dalam lingkup politik, maka itu merupakan kunjungan yang tidak boleh dianggap biasa. Sebab kunjungan itu indikasinya sangat jelas bahwa An-Nahdhah berusaha untuk mendapatkan dukungan yang lebih dari Amerika.”

Kunjungannya ke Washington dilakukan setelah ia menerima undangan untuk kunjungan yang sebelumnya ia dilarang. Tentu ini dilakukan agar ia bisa memainkan peran Amerika di Tunisia, di samping memainkan peran Eropa (al-aqsa.org, 16/12/2011).

One comment

  1. Bagaimana mungkin mencari kemuliaan dan solusi kepada negara kafir Amerika?? Tidakkah Anda punya akal dan pernah membaca Qur’an??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*