HIP 28 Sulsel

HTI Press. Di tengah derasnya hujan yang mengguyur, Aula Balai Latihan Kerja dan Industri (BLKI) tetap dihadiri oleh para peserta Halqoh Islam dan Peradaban (HIP). Edisi HIP ke-28 kali ini mengangkat tema “Kegoncangan Kapitalisme dan Kembalinya Kekuatan Islam ( Dari Wall Street hingga Freeport)”. Tema ini juga serentak diangkat di seluruh pelaksanaan HIP di Indonesia dalam rangka “pemanasan” sebelum ajang akbar di tahun 2012 oleh Lajnah Khusus Pengusaha HTI yakni Muslim Enterpreneurship Forum (MEF).

Untuk membedah tuntas tema ini, DPD I HTI Sulsel mengundang narasumber yang dianggap capable. Hadir di tengah peserta Bapak Nurcholis selaku Direktur Utama Bank Muamalat Makassar dan Ketua Asosiasi Perbankan Syariah seluruh Indonesia Wilayah Sulawesi Selatan. Kemudian hadir pula Pengusaha/Praktisi Bisnis Islami H. Mustari Ago dan terakhir dari Lajnah Maslahiyah DPD I HTI Sulsel Ustadz Firman Menne, SE.Ak, M.Si.

Dibuka oleh Ustadz Bahrul Ulum selaku ketua Lajnah Khusus Pengusaha, beliau mengajak seluruh peserta untuk menyatukan visi dan misi. “Melihat situasi global saat ini yang tidak puas dengan ideologi kapitalisme, menuntut adanya perubahan. Sebagai seorang muslim kita tentu tahu solusi yang bisa memberikan perubahan tersebut, kembali kepada Islam kembali kepada Syariah dan Khilafah,” tutur beliau. Acara HIP kali ini dipandu oleh Host yakni Ustadz Fahri Firman.

H. Mustari Ago mengungkapkan bahwa di tengah-tengah system Kapitalisme saat ini para pengusaha khususnya pengusaha kecil sulit untuk berkembang. Kesannya pengusaha kecil makin kecil dan pengusaha besar makin besar. Beliaupun mengungkapkan bahwa untuk menjadi pengusaha hari ini mesti memiliki modal yang cukup besar. Dan modal itu bisa diperoleh dengan berhutang kepada Bank. Inilah masalah ketika ingin menjadi pengusaha. Di satu sisi kita ingin mengembangkan usaha kita dengan jalan yang syar’I namun di sisi lain arus perekonomian memaksa kita untuk “menjamah” hal-hal yang diharamkan dalam berusaha, misalnya mengambil riba. Bapak Nurkholis menyatakan bahwa krisis kredit bisnis perumahan di Amerika terjadi kemacetan. Pada awalnya bank-bank di Amerika memberikan pinjaman kepada pengusaha untuk m

engembangkan bisnis perumahan. Namun yang terjadi adalah investasi  yang dilakukan oleh bank mengalami kredit macet, sehingga terjadi krisis likuidasi. Proses investasi (baca :memberikan pinjaman) inilah yang menjadi titik masalah saat ini. Dimana pengembalian utang terjadi proses bunga berbunga. Kemudian beliau menekankan, “Kita sama-sama menginginkan untuk menjadikan system ekonomi di Indonesia ini menjadi lebih Islami. “Semua itu butuh proses tidak bisa langsung berubah begitu saja,” tambah beliau.

Dari Ustadz Firman Menne memberikan pernyataan bahwa masalah ini adalah masalah sistem. Satu masalah dengan masalah yang lain saling berkaitan. Sebelumnya beliau mengungkapkan, “kita saat ini terjebak dalam lumpur kapitalisme dimana-mana banyak hal yang bertentangan. Termasuk perbankan saat ini masih terjadi dilemma ketika melaksanakan system syariah. Proses system ribawi menyebabkan system ekonomi saat ini rapuh. “Ketika kita mengambil harta yang tidak dibenarkan terbukti akan menyengsarakan. Dalam suasana

yang cukup dingin akibat hujan yang tidak berhenti mengguyur, dihangatkan dengan suasana diskusi oleh para peserta yang cukup antusias. Para penanya mengungkapkan unek-unek dan pertanyaan kepada para narasumber. Empat penanya tercatat memberikan pernyataan dan pertanyaan menarik tentang tema kali ini yakniLaode Rizal,  BapakRudini, Ustadz Ridwan Pattabone dan Bapak Surahman. Terakhir Ustadz Firman Menne atas nama HTI Sulsel mengajak kepada audiens untuk bersama-sama kembali kepada sistem Islam. Acara kemudian ditutup dengan doa yang disampaikan oleh Ustadz Ridwan Pattabone. [Igz4]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*