Akankah Cina Bangkrut?

Oleh PAUL KRUGMAN


Diterbitkan : 18 Desember 18, 2011

Perhatikan keadaan berikut: Pertumbuhan terbaru telah mengandalkan ledakan pertumbuhan konstruksi yang didorong oleh kenaikan harga real estate, dan menunjukkan semua tanda-tanda klasik dari akan pecahnya sebuah gelembung. Ada pertumbuhan kredit yang amat cepat – dengan banyak dari pertumbuhan yang terjadi tidak dilakukan melalui perbankan tradisional melainkan dilakukan oleh “perbankan bayangan” yang tidak mengikuti pengawasan pemerintah dan tidak juga didukung oleh jaminan pemerintah. Sekarang gelembung ini meledak – dan ada alasan yang sesungguhnya akan ketakutan krisis keuangan dan ekonomi.

Apakah saya sedang menggambarkan keadaan Jepang pada akhir tahun 1980-an? Atau saya menggambarkan keadaan Amerika pada tahun 2007? Saya bisa saja melakukannya. Tapi sekarang saya sedang berbicara tentang China, yang muncul sebagai bahaya di tempat lain dalam perekonomian dunia yang benar-benar tidak kita butuhkan saat ini.

Saya enggan untuk menimbang situasi Cina, sebagian karena begitu sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Semua statistik ekonomi paling baik dilihat sebagai bentuk membosankan fiksi ilmiah, tapi angka-angka China adalah lebih fiktif lagi. Saya akan beralih kepada para ahli tentang China yang sesungguhnya sebagai petunjuk bagi saya, tapi tidak ada dua orang ahli yang tampaknya akan menceritakan kisah yang sama.

Namun, bahkan data resmi juga sama menyusahkan – dan berita terbaru cukup dramatis sebagai peringatan akan munculnya masalah.

Hal yang paling mencolok tentang perekonomian China selama dekade terakhir adalah cara meningkatnya konsumsi rumah tangga, yang meskipun tumbuh, tertinggal di belakang pertumbuhan secara keseluruhan. Pada titik ini, belanja konsumen China hanya sekitar 35 persen dari PDB, sekitar setengah dari tingkat PDB di Amerika Serikat.

Jadi, siapa yang membeli barang dan jasa yang diproduksi Cina? Sebagian dari jawabannya adalah, kita semua: ketika pangsa konsumen dari ekonomi menurun, China semakin bergantung pada surplus perdagangan untuk menjaga keberadaan manufaktur. Tapi cerita yang lebih besar dari sudut pandang China atas hal ini adalah investasi belanja, yang telah melonjak hampir setengah dari PDB.

Pertanyaan yang jelas adalah, dengan permintaan konsumen yang relatif lemah, apakah yang memotivasi semua investasi itu? Dan jawabannya, pada suatu tingkat yang penting, adalah bahwa hal itu tergantung pada gelembung real estate (real estate bubble). Investasi real estate memiliki sekitar dua kali lipat bagian dari PDB sejak tahun 2000, yang secara langsung menyebabkan lebih dari setengah kenaikan dari keseluruhan investasi. Dan tentunya banyak dari pertumbuhan adalah berasal dari perusahaan-perusahaan yang memperluas usahanya dengan berbisnis dengan industri konstruksi yang sedang berkembang.

Apakah kita benar-benar tahu bahwa real estate adalah sebuah gelembung? Hal ini telah menunjukkan semua tanda-tandanya: tidak hanya dari naiknya harga-harga, tetapi juga dari demam spekulatif yang semuanya kita kenal dari pengalaman-pengalaman kita sendiri hanya beberapa tahun yang lalu – ingkatlah pengalaman di wilayah pesisir Florida.

Dan ada satu hal yang paralel dengan pengalaman Amerika: ketika kredit meledak, banyak darinya yang berasal bukan dari bank tetapi dari sistem perbankan bayangan, tanpa pengawasan yang terlindungi.  Secara rinci ada perbedaan besar: perbankan bayangan gaya Amerika cenderung melibatkan perusahaan-perusahaan prestisius di Wall Street,  dan merupakan instrumen keuangan yang kompleks, sementara perbankan bayangan versi Cina cenderung dijalankan melalui bank-bank ‘bawah tanah’ dan bahkan pegadaian-pegadaian. Namun konsekuensinya sama: di Cina seperti juga di Amerika pada beberapa tahun yang lalu, sistem keuangan mungkin jauh lebih rentan daripada data yang diungkapkan oleh perbankan konvensional.

Sekarang gelembung ini tampak sedang meledak. Berapa banyak kerusakan yang akan ditimbulkan pada perekonomian Cina – dan dunia?

Beberapa komentator mengatakan untuk tidak perlu khawatir, bahwa China memiliki pemimpin-pemimpin yang kuat dan cerdas yang akan melakukan apapun yang diperlukan untuk mengatasi penurunan ekonomi. Namun hal yang tersirat yang sering kali tidak dinyatakan adalah pemikiran bahwa China dapat melakukan apapun yang diperlukan karena tidak perlu khawatir tentang sopan santun demokratis.

Namun, bagi saya hal ini terdengar seperti ungkapan kata-kata yang terkenal. Bagaimanapun juga, saya ingat betul ketika saya mendapatkan jaminan serupa tentang Jepang pada tahun 1980-an, di mana para birokrat brilian pada Departemen Keuangan seharusnya mampu mengendalikan segala sesuatu. Dan kemudian, ada jaminan bahwa Amerika tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang menyebabkan Jepang kehilangan satu dekade – ketika kita, padahal kenyataannya, kita melakukan hal yang bahkan lebih buruk dari yang pernah dilakukan Jepang.

Yang layak dipertanyakan adalah karena memang pernyataan-pernyataan tentang kebijakan ekonomi dari para pejabat Cina tidak mengesankan saya sebagai sesuatu pernyataan yang jelas. Secara khusus, cara Cina memukul barang-barang luar negeri – antara lain, dengan memberlakukan tarif hukuman atas impor mobil buatan Amerika yang tidak akan membantu apapun untuk perekonomian, tetapi juga akan meracuni hubungan perdagangan – tidak terdengar seperti sebuah pemerintahan yang dewasa yang tahu tentang apa yang dilakukannya.

Dan bukti anekdot menunjukkan bahwa sementara pemerintah Cina tidak dapat dibatasi oleh aturan hukum, mereka dibatasi oleh korupsi yang merajalela, yang berarti bahwa apa yang sebenarnya terjadi di tingkat lokal mungkin memiliki sedikit kemiripan dengan apa yang diperintahkan oleh Beijing.

Saya berharap bahwa saya tidak perlu terlalu khawatir tentang ini. Tapi tidak mungkin untuk tidak khawatir: cerita tentang Cina terdengar sudah nyaring terdengar seperti retakan yang telah kita lihat di tempat-tempat lain. Dan ekonomi dunia sudah menderita dari kekacauan yang terjadi di Eropa, kita benar-benar tidak membutuhkan sebuah pusat krisis baru. (rza)

Sumber: The New York Times

2 comments

  1. itulah kebobrokan dari sistem ekonomi kapitalis,,
    Tdk ada jLn Lain, KecuaLi kembaLi pD ISLAM,,,
    Hanya dgn sistem ekonomi sajaLah kita dpt SEJAHTERA..
    KAPITALISME DI UJUNG TANDUK
    ISLAM WILL BE BACK
    ALLAHU AKBAR ^^

  2. hanya khilafahlah sejatinya kebangkitan akan terjadi,,
    Allahu Akbar!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*