Ribuan rakyat Tunisia berkumpul merayakan satu tahun revolusi di Bourguiba Avenue, tempat yang sama ketika demonstran menggulingkan pemerintahan Zine al-Abidine Ben Ali, Sabtu (14/1). Satu tahun revolusi ini juga sebagai tanda dimulainya “Arab Spring” di negara-negara Timur Tengah.
Perayaan dengan semangat revolusi di Tunisia menjadi model untuk perubahan demokrasi di Timur Tengah dan revolusi ini telah membentuk ulang percaturan politik di wilayah Timur Tengah, terutama menginspirasi pergolakan Mesir, Libya, Suriah dan Yaman.
Beberapa orang meneriakkan “Tunisia bebas! Selamat tinggal diktator! Selamat datang kebebasan!”. Sebagian orang juga membawa bendera Tunisia dan meneriakkan kata-kata kebebasan. “Ini menjadi sebuah kesempatan bagi rakyat Tunisia merayakannya dengan penuh kebanggaan,” kata Samir Ben Omrane, yang berada di tengah massa dan didampingi istri dan anak-anaknya. Istrinya membawa kue ulang tahun dengan satu lilin di atasnya. “Saya senang anak-anak saya dapat hidup dalam kebebasan di negara ini, yang menjadi contoh revolusi di dunia,”katanya.
Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon mengatakan satu tahun lalu dunia terispirasi dengan revolusi Tunisia yang meminta demokrasi, kebebasan dan kejayaan. “Keberanian mereka menggema ke seluruh wilayah, dimana orang lain dibuat kagum dengan aksi saudara-saudara kita di Tunisia. Keberanian juga membuat aspirasi mereka didengar,”kata Ban.
Perayaan revolusi di Tunisia kali ini berbeda dengan acara-acara publik yang dilakukan Ben Ali selama 23 tahun memerintah Tunisia. Saat pemerintahan Ben Ali, jika terdapat perbedaan pendapat maka akan dihukum penjara yang lama atau penyiksaan. Namun, Tunisia kini terdiri dari kelompok-kelompok yang masing-masing menuntut untuk didengar. Meski terjadi kemajuan demokrasi, Tunisia menghadapi masalah akut berupa kemiskinan dan lapangan pekerjaan yang sempit serta masyarakat yang terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok yang dulu dilarang Ben Ali. (Republika.co.id; Minggu, 15 Januari 2012 10:04 WIB)