Bangunan puskesmas pembantu di Desa Tumbang Gagu, Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, sudah berdiri setidaknya sejak tiga tahun lalu. Namun, bangunan itu nyaris tidak ada isinya.
Perawat Puskesmas Pembantu Tumbang Gagu, Leri Levia (27), Minggu (15/1/2012), menjelaskan, tempat bekerjanya belum punya meja, kursi, dan lemari obat. Bahkan, tempat tidur pasien pun belum ada. “Pasien yang datang ke sini harus berbaring di lantai,” ujarnya. Lantai itu hanya dialasi semacam tikar plastik.
Tumbang Gagu merupakan desa terpencil. Desa itu harus ditempuh dari Palangkaraya dengan jalur darat yang sebagian masih rusak dan belum diaspal sepanjang 185 kilometer (km) menuju Kecamatan Tumbang Samba, Kabupaten Katingan.
Perjalanan kemudian dilanjutkan menyusuri Sungai Katingan dengan kelotok sejauh 118 km ke Kecamatan Sanaman Mantikei, Katingan selama enam jam. Setelah berjalan kaki menembus rimba belantara sekitar enam km selama 2,5 jam, barulah Tumbang Gagu dapat dicapai.
Di Puskesmas Pembantu Tumbang Gagu tersedia obat-obatan standar saja. Hanya obat generik. “Steteskop pun punya saya pribadi,” tutur Leri.
Puskesmas itu hanya memiliki dua ruang yakni untuk periksa pasien dan tempat kerja perawat. Di sana, hanya Leri yang bekerja.
“Dokter belum ada. Selain perawat, saya juga merangkap bidan jika diperlukan warga. Saya pernah bertanya kepada atasan di Puskesmas Antang Kalang,” paparnya. Atasan Leri menjelaskan bahwa biaya untuk mengangkut peralatan yang dibutuhkan Puskesmas Pembantu Tumbang Gagu cukup besar. (kompas.com, 15/1/2012)