Reportase Posko HTI Peduli Banjir

Reportase Tim HTI Jatim Peduli Banjir

Jum’at, 28-31/12/07
Pengiriman Logistik Tim HTI DPD Jatim & DPP ke Lokasi Bencana

Sekitar pk. 24.00 Tim DPD Jatim termasuk ikut mendampingi Ust. M. Al Khaththath dari DPP, berhasil memasuki Ngawi, tetapi masih tertahan di Kec. Geneng sekitar 30 km dari Kota Ngawi. Tim berhenti di Posko Geneng tepatnya di Jl. Kantor Pos II, di Rumah Bpk. Agung. Disini, tim yang dikomandani Ust. Aslam menurunkan sedikit bantuan yang sempat dikumpulkan dari Surabaya. Setelah berkoordinasi dan berusaha mendapatkan informasi tentang akses masuk ke Kota Ngawi, akhirnya sekitar pukul 02.00 WIB kami memutuskan untuk menempuh perjalanan ke kota Ngawi. Tapi sebelum benar-benar meneruskan perjalanan, Tim yang terdiri dari Ust. Aslam, Ust. Hisyam Hidayat, Ust. Khoirul Anam, Ust. Luky Serta Ust. Idris, menyempatkan di Kecamatan Geneng tersebut untuk menyaksikan langsung desa yang paling ujung yang memang sudah tenggelam oleh banjir.

Tibalah di Desa Kedunglagah dimana Posko Utama HTI DPD Ngawi ada disitu dan juga kami sempatkan untuk bersilaturahim dengan penduduk yang memang malam itu terus berjaga bergantian. Dari Pak Agung, kami menghimpun informasi, salah satunya bahwa di Desa Geneng sendiri HTI merupakan tim pertama yang melakukan evakuasi, sedangkan dari pihak pemerintah setempat belum ada bantuan sama sekali. Tim HTI Ngawi, Kec Geneng sendiri melakukan evakuasi di desa sekitar dengan berbekal perahu boat yang di datangkan dari Telaga Sarangan. Tapi karena akomodasi yang kurang memadai tersebut, di dapat informasi bahwa ada 3 warga desa yang meninggal, karena terlambat di evakuasi dan belum mendapatkan makanan.

Setelah dirasa cukup diteruskan perjalanan ke Kota Ngawi. Akses masuk ke kota Ngawi jalur utamanya terputus karena banjir, akhirnya kami harus melewati jalur alternative lewat Desa Dawu, tembus Desa Kerten Kecamatan Paron, yang tentu saja jarak tempuhnya lebih panjang, lama serta tidak nyaman karena jalannya yang memang bukan jalan utama. Akhirnya sekitar jam 03.00 kami sampai di Desa Pandansari. Dari desa Pandansari, setelah mendapatkan informasi bahwa bisa akses jalan untuk menuju Kota tapi harus berhati-hati karena memang kondisinya gelap dan jalannya tentu tidak rata. Akhirnya kami pun memutuskan untuk menempuh perjalanan tersebut meski belum tidur semalaman. Alhamdulillah, tepat 15 menit sebelum adzan Shubuh berkumandang kami sampai di Masjid Al Istiqomah Kabupaten Ngawi. Tapi karena lampu mati, maka kami harus wudhu bergantian dan menimba air di sumur. Setelah sholat shubuh di kompleks masjid tersebut kami bertemu dengan Pak Gito dan Pak Baidowi, beliau berdua syabab HTI Ngawi Kota yang memang rumahnya belum terkena banjir, tapi 100 meter dari rumah mereka air sungai bengawan Madiun juga siap menenggalamkan rumah.

Sekitar pukul 06.00 pagi, Ust. Aslam yang merupakan ketua Tim HTI DPD Jatim, disertai Ust. Badlowi, mengadakan reportase langsung ke sebuah Kecamatan yang memang sudah dipastikan terkena banjir. Di Kecamatan Pitu, disitu juga ada Syabab HTI yang bernama Pak Affan bersama warga secara swadaya melakukan evakuasi dan menyiapkan logistic, karena lagi-lagi bantuan dari Pemerintah setempat belum juga turun. Perlu diketahui bahwa perjalanan untuk ke Kecamatan Pitu, tidaklah begitu mudah, karena kecamatan tersebut berada di seberang Bengawan Solo, sehingga untuk bisa kesana harus menyeberangi sungai yang sudah meluap yang panjangnya sekitar 160 meter yang ditempuh dengan arus yang deras dengan menggunakan perahu dayung tanpa mesin.

Selama di Ngawi kami terus berkoordinasi baik dengan DPD HTI Ngawi maupun yang lainnya. Karena selama di Ngawi juga kami mendapat informasi dari Pak Gito bahwa banjir Ngawi bukan semata-mata karena hujan deras. Sebab Ngawi sendiri sejak tanggal 26 Desember tidak terjadi hujan lebat, dan kalau pun hujan tidak akan sampai menenggalamkan beberapa kecamatan di Kabupaten Ngawi. Menurut Pak Gito bahwa banjir itu adalah banjir kiriman dari tempat yang lebih tinggi dari Ngawi dan masih satu aliran dengan Bengawan Solo dan juga Bengawan Madiun. Perlu diketahui bahwa di Ngawi lah tempat bertemunya dua aliran sungai terpanjang di pulau Jawa tersebut. Itu artinya, kalau memang banjir Ngawi surut, maka banjir yang disebut banjir kiriman tersebut akan terkirim ke wilayah yang masih satu aliran dengan aliran Kali Solo, dan wilayah tersebut adalah Bojonegoro dan sekitarnya.

Akhirnya, Tim DPD HTI sekitar pukul 10.00 WIB berangkat menuju ke Bojonegoro. Tapi untuk bisa berangkat ke Bojonegoro tentu saja kami harus mencari jalan keluar, karena memang mengingat Kota Ngawi terkepung oleh Banjir. Alhamdulillah, di Desa Karanggeneng yang lokasinya tidak jauh dari tempat kami, jembatannya sudah bisa dilalui. Dari Ngawi melalui jalur Kota Caruban, terus ke Kota Nganjuk. Dari kota Nganjuk kami mencari jalur alternative untuk bisa sampai ke Bojonegoro, dengan melalui hutan dan perbukitan. Akhirnya sekitar pukul 14.00 kami sampai di Kota Bojonegoro dan bertemu Ketua DPD HTI Kota Bojonegoro, Ust. Lutfi. Menurut informasi dari Ust Lutfi bahwa tanggul yang menahan luapan sungai bengawan Solo sudah tidak mampu menampung air lagi, sehingga ada beberapa tanggul yang jebol. Akibatnya banjir tinggal hitungan jam akan masuk kota Bojonegoro. Tim TMU DPD HTI Bojonegoro sendiri sudah mendirikan dua Posko yang terletak di Pusat Kota. Sedangkan beberapa orang syabab HTI Bojonegoro melakukan evakuasi di Desa Trucuk dengan berbekal 2 perahu kayu bermesin. Di informasikan juga bahwa sampai kedatangan kami ke Bojonegoro, belum ada tim evakuasi maupun bantuan logistic dari aparat pemerintah, bahkan bantuan dating dari warga sekitar termasuk dari HTI Bojonegoro.

Tim HTI DPD Jatim bersama Ust. Khatath menyempatkan diri melihat secara langsung lokasi terdekat yang terkena banjir dan tempat evakuasi banjir. Untuk bisa ke tempat tersebut harus ditempuh dengan sepeda motor. Pada saat berangkat Tim HTI DPD Jatim yang dibonceng Syabab HTI Bojonegoro masih bisa melalui jalur ke lokasi tanpa terkena banjir, tapi begitu peninjauan selesai dan berkehendak kembali ke posko di Kota, ternyata jalur yang pada saat berangkat dilewati sudah tergenang air setinggi lutut orang dewasa, akibatnya beberapa sepeda motor yang membawa Tim HTI DPD Jatim, termasuk sepeda motor yang membawa Ust Khatath ikut mogok di tengah banjir, sehingga akhirnya ada sepeda motor yang tidak mogok, yang bisa membawa Tim HTI DPD Jatim termasuk Ust. Khatath.

Sekitar pukul 16.00, setelah dirasa cukup berkoordinasi dengan Tim TMU HTI Bojonegoro, akhirnya Tim HTI DPD Jatim, memutuskan untuk kembali ke Surabaya. Selama perjalanan keluar kota Bojonegoro, kami menyaksikan bahwa banjir sudah mulai masuk kota, karena diperkirakan sekitar 1 jam volume air bertambah sekitar 2 meter. Dan ketika melewati kota Tuban, kami juga sudah melihat hal tersebut.

Bojonegoro, 1/1/2008

Alhamdulillah, tim medis HTI telah menangani 130 pasien. Selain itu juga dipercaya masyarakat melakukan recovery mental secara berkelanjutan. Tim mediasi bekerja sama dengan PMI, Polantas & gereja untuk pengadaan perahu karet bagi tim logistik & medis. Di kecamatan Boureno tim evakuasi & logistik bekerja sama dengan AD & kecamatan bekerja dengan semangat yang tinggi.

Selasa, 1 Januari 2007
BUPATI ; MANA TANGGUNG JAWABMU?

Sampai pada hari ke-3 bencana banjir di Bojonegoro belum tampak pemda turun tangan dengan maksimal. Banyak elemen masyarakat yang bersusah payah melakukan evakuasi, menyalurkan logistik dll, tetapi satkorlak pemda justru tidak segera turun tangan. Banyak warga yang mengeluh karena satkorlak tidak segera mengevakuasi keluarganya. Lebih menyakitkan lagi sebagaimana dimuat di Radar Bojonegoro, ketika belum dievakuasinya beberapa warga dengan entengnya Bupati bilang, mereka sebaiknya segera mendatangi satkorlak.

Padahal banyak warga yang mengeluhkan ketika datang meminta bantuan ke satkorlak justru terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab. Itupun pulangnya hanya membawa 4 bungkus mie instant. Beberapa warga setempat mendatangi kantor pemda sambil teriak lapar,lapar,lapar. Kepala Basarnas Laksda Bambang Karnoyudho, juga mengeluhkan koordinasi dengan pemda setempat. Ketika diajak rapat koordinasi yang datang malah Satpol PP begitu katanya. Apakah hal ini ada kaitanya dengan kekalahan Bupati sekarang dalam pilkada beberapa waktu yang lalu??? Wallahu alam.

Senin, 31 Desember 2007
BOJONEGORO KOTA MATI

Surutnya permukaan air Bengawan Solo, yang menjadi sumber banjir di Bojonegoro tidak otomatis menyurutkan genangan dipermukiman warga. Seluruh akses menuju Bojonegoro terputus. Ketinggian air diberbagai tempat terus meningkat dari semula hanya selutut terus naik hingga seleher orang dewasa. Seluruh kendaraan tidak bisa memasuki kota. Jalur ke selatan menuju Nganjuk putus.

Koordinasi semakin sulit dengan terganggunya sinyal ponsel dari Telkomsel. Harga BBM dipasaran naik dari Rp 5000 per liter menjadi Rp 7000 – Rp 10.000. Harga beras yang semula Rp 5000 perkilo naik menjadi Rp 11.000. Tempe ukuran 20 cm naik dari Rp 1.500 menjadi Rp. 4000. Ikan pindang Rp. 1000 menjadi Rp. 3000. Banjir menenggelamkan 117 desa dan 14 Kecamatan. Kota Bojonegoro ibarat kota mati karena listrik PLN juga di padamkan.

Minggu, 30 Desember 2007
KOTA BOJONEGORO TERENDAM

Luapan air bengawan solo terus merendam seluruh kawasan kota Bojonegoro. Korlap memutuskan memindahkan lokasi posko. Hal ini mengingat posko utama di Jl Basuki Rahmat 17 terendam banjir sampai sepinggang manusia dewasa. Posko 2 segera dievakuasi keluar kota. Akhirnya kita memutuskan pusat Posko dindahkan ke trotoar pintu masuk kota Bojonegoro dari arah timur. Wilayah kota berada 3 meter dibawah permukaan air Bengawan Solo, demikian dikatakan Moelyono Koordinator penanggulangan dampak bencana. Distribusi bantuan macet, karena sarana khusunya perahu sangat terbatas. Itupun hanya mengevakuasi tempat-tempat yang mudah jangkaunya. Mayoritas bantuan terkonsentrasi dititik-titik tertentu.

Namun pos banjir yang dibuat HTI Bojonegoro tetap berusaha menyalurkan logistik ketempat-tempat yang jauh dari jangkauan. Dibuat dengan dua kelompok menuju kawasan Ledok Kulon yang terisolir. Namun karena terjadi terjangan air yang dasyat dari arah barat tim kesilitan menuju ke lokasi. Alhamdulillah, banyak orang yang menitipkan makanan, mie instant, minyak goreng pakaian bekas, roti dll untuk disalurkan.

Sabtu, 30 Desember 2007
BANJIR AKHIRNYA DATANG JUGA

Jam 3.30 Abdul Syam menghubungi korlap kalau banjir mulai memasuki kota. Pagi jam 5.30 korlap berusaha memantau keadaan kota. Air mengalir dengan deras dari arah selatan kota. Hal ini terjadi karena warga yang ada dibalik tanggul berusaha menjebolnya karena kawatir rumahnya tenggelam. Jir Jie Jir Beh (Banjir siji, Banjir Kabeh ) begitulah pikir mereka. Tapi apa yang terjadi kemudian? Air terus memasuki kota dengan cepat. Dari arah selatan banjir melewati Jalan Patimura, Panglima Polim, Jalan Untung Surapati, Jalan Gajah Mada terus ketimur. Dari arah utara banjir datang dari pasar besar, jalan Imam Bonjol, Kartini, Teuku Umar, Pemuda, Basuki Rahmat terus ketimur.

Melihat kondisi yang semakin parah, Syabab HTI Bojonegoro pada jam 08.00 wib menggelar rapat mendadak untuk membahas agenda yang bias dilakukan hari ini karena kondisi tidak sesuai yang diperkirakan tadi malam. Setelah rapat, syabab sepakat hari untuk melakukan evakuasi.

Sementara itu warga bojonegoro tepatnya di kota mulai panik melihat air yang dengan cepatnya memasuki rumah-rumah mereka tidak sedikit warga yang sudah berancang-ancang untuk mengungsi di tempat yang lebih tinggi atau keluar kota Bojonegoro.

Menjelang maghrib air sudah menggenangi sebagian besar jalan-jalan protocol ini berarti rumah-rumah sudah merata kemasukan air. Tepat jam 24.00 seluruh kota Bojonegoro tergenang banjir.

Jum’at, 29 Desember 2007
JUMAT YANG KELABU

Jumat 29 Desember 2007 air di Bengawan Solo tiba–tiba naik mendekati tanggul. Orang-orang menjadi panik. Abdul Syams, syabab HTI yang kebetulan rumahnya dekat dengan tanggul berinisiatif bersama warga melakukan evakuasi warga yang ada diseberang tanggul. Namun karena keterbatasan perahu, evakuasi tidak dapat maksimal. Disamping itu banyak warga yang belum bersedia dievakuasi karena berbagai hal; antara lain mereka mengira banjir cepat selesai, dan ada juga yang khawatir meninggalkan barang atau ternak yang dimilikinya. Sore harinya Abdul Syam menghubungi PJ Bojonegoro, kalau ada akhwat dan keluarganya yang belum berhasil dievakuasi.

Namun karena hari sudah menjelang senja evakuasi terpaksa dihentikan, disamping itu juga baling-baling kapal patah. Kita beruapaya menggunakanan kapal yang lain. Upaya pencarian terus dilakukan tetapi karena sulitnya medan dan komunikasi juga putus sampai maghrib kita belum berhasil menemukan. Jam 21.30 WIB kita dapat mengontak akhwat tersebut dan alhamdulillah sudah berhasil menyeberang sungai. Malam harinya rapat memutuskan membuat 3 posko banjir. Posko I di Jl Basuki rakhmat 17 Bojonegoro, Posko II di pelataran dealer Mitsubishi perempatan Jl Diponegoro samping pos Polisi. Posko III di Ledok Kulon yang ada disamping tanggul.

Sementara itu daerah di wilayah barat dari kota Bojonegoro yaitu kecamatan kalitidu, purwosari, padangan tepatnya di desa-desa yang dekat bengawan solo sudah banyak rumah-rumah yang sudah kemasukan air. Sejumlah warga sudah mulai memindahkan barang atau hewan ternaknya ke tempat-tempat yang aman. Kebanyakan warga melihat pemandangan seperti ini biasa-biasa saja karena kejadian seperti ini sudah biasa terjadi setiap tahunnya. Tetapi ada juga yang khawatir bagi warga yang yang mendapat informasi bahwa waduk gajah mungkur dibuka dan air kemungkinan akan semakin tinggi di Bojonegoro.

5 comments

  1. tak ada kata yang dapat diungkapkan….
    selain… tetaplah sabar wahai saudara-saudaraku…
    tetaplah berusaha semaksimalnya apa yang bisa dilakukan.

    yaa… allah…. semoga cepat selesai persoalan ini
    yaa.. allah…. semoga cepat tegak syariah dan khilafah
    agar bisa selesai persoalan demi persoalah kaum muslim di sini dan dimana-mana…

  2. Mari kita segera membantu sdr2 qt yang terkena musibah banjir dan bagi yang terkena banjir semoga diberikan kesabaran. Untuk pemerintah tidakkah kalian melihat akibat dari tida diterapkannya hukum Allah di muka bumi?”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan manusia” QS.Thaha:124

  3. iman ti bandung

    Semoga para Relawan diberikan kekuatan dan kesabaran.
    Tetap Semangat Brother en Sister…

  4. Ya… Rabbi… Penguasa alam semesta ini. Yang Maha Tahu, Yang Maha Pengasih…
    Ampinilah dosa hambaMu yang Ikhlas menerima ujian yang telah Engkau berikan. Ya… Rabbi… Bukakanlah pintu hati penguasa negeri ini untuk menerima Islam secara Kaffa…
    Ya… Rabbi… Bagi kami yang beriman ini hanyalah ujian untuk memperkuat lagi ke-Imanan dan ke-Taqwaan kepadaMu. Ya… allah surutkanlah air yang menggenangi wilayah tempat tinggal saudara kami… Amien…

  5. Buat saudaraku Mas Ilham. Bagaimana kabarnya? Dan untuk saudara2ku syabab HTI yang ada disana, tetap berusaha. Kami akan datang membantu. Semoga Allah memberikan balasan atas amal yang saudara2ku lakukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*