Darurat Pangan

Soal pangan ternyata terus menjadi masalah yang tidak kunjung tuntas. Julukan sebagai lumbung pangan yang disematkan pada negeri ini juga tidak menggaransi Indonesia terbebas dari krisis pangan.

Dalam seminar Food Security Summit 2012 di Jakarta, awal pekan ini, kekhawatiran bakal munculnya krisis pangan kembali mengemuka. Sebabnya jelas, yakni ketersediaan lahan dan produksi pangan tidak mampu mengimbangi pesatnya pertambahan penduduk.

Badan Pangan dan Pertanian Dunia menyatakan penduduk dunia kini sudah 7 miliar. Diperkirakan pada 2045 populasi dunia akan menggembung menjadi 9 miliar orang. Indonesia menghadapi kondisi serupa.

Implikasinya, produksi pangan harus semakin banyak, tetapi lahan pertanian justru kian menyempit. Tingginya konversi lahan pangan ke nonpangan membuat produksi pangan cenderung stagnan.

Produksi beras nasional yang menjadi makanan pokok masyarakat, tahun lalu hanya sekitar 38,96 juta ton. Angka itu turun hampir 2 juta ton jika dibandingkan dengan produksi beras pada 2010 yang mencapai sekitar 40,88 juta ton.

Di tengah produksi beras yang merosot, jumlah penduduk naik signifikan. Jika pada 2010 jumlah penduduk sekitar 231 juta jiwa, tahun lalu naik menjadi 241 juta orang.

Kondisi itu diperparah oleh pola konsumsi beras masyarakat yang berlebihan hingga 120 kilogram per kapita per tahun. Angka itu dua kali lebih besar ketimbang negara-negara tetangga. Bahkan, pada 2011 untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, pemerintah harus mengimpor 2,75 juta ton beras.

Kita sebenarnya sudah mengarah ke situasi darurat pangan untuk jangka yang tidak terlalu lama. Celakanya, para pemangku kepentingan belum melihat problem pangan sebagai masalah serius, apalagi darurat.

Pemerintah bukan saja lemah mengintegrasikan ketersediaan lahan, tapi juga terkesan membiarkan infrastruktur pertanian tidak terurus. Lebih dari 52% irigasi
rusak parah.

Karena itu, para pemangku kepentingan harus sigap menempuh tiga langkah sekaligus, yakni jangka pendek, menengah, dan panjang untuk melakukan penyelamatan. Krisis pangan bisa benar-benar menjadi kenyataan jika persoalan yang sangat serius itu masih dipandang biasa-biasa saja.

Bahkan, dalam skala tertentu, krisis pangan bisa bergeser menjadi krisis politik akut yang kian sulit ditangani. Kita tentu sangat tidak menginginkan itu terjadi.(republika.co.id, 10/2/2012)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*