Coklat dan makanan olahan dari coklat sering menjadi pernak-pernik dalam perayaan Valentine oleh anak-anak muda. Namun, ada yang memprihatinkan dalam perayaan Valentine, yaitu bukan hanya sekedar coklatnya, melainkan nuansa seks bebas di balik perayaan hari kasih sayang tersebut. Salah satu buktinya adalah adanya parsel coklat yang disisipi alat kontrasepsi.
Anggota Komisi X DPR, Rohmani, menyoroti masalah parsel tersebut yang ditujukan pada generasi muda yang belum menikah. Dalam pernyataannya, Rabu (15/2), ia menilai kenyataan tersebut sebagai bukti kegagalan negara menjaga identitas bangsa.
“Perilaku hubungan seks diluar nikah merupakan budaya impor. Hal ini sangat jauh dari identitas bangsa. Semua agama di negeri ini tidak membenarkan hubungan seks diluar nikah,” katanya. Di samping itu, dia mengatakan pendidikan karakter bangsa yang selama ini digembar-gemborkan pemerintah belum berhasil.
Pendidikan karakter yang dikampanyekan pemerintah, lanjutnya, seharusnya mendekatkan remaja pada budaya dan identitas bangsa. “Negara menghabiskan miliaran rupiah untuk pendidikan karakter. Namun kita tidak melihat hasilnya. Seharusnya, pendidikan karakter itu bisa menangkal budaya permisif yang datang dari barat,” kata anggota Komisi X yang membidangi masalah pendidikan, olahraga, pariwisata dan kebudayaan itu. (republika.co.id, 15/2/2012)
ganti rezim, ganti sistem. ganti dg syariah n khilafah!
negara harus berperang aktif mendidik karakter umat,supaya tidak ada yang bisa menyimpang dari hukum.