Surat kabar “Al-Hayah” mengungkap adanya hubungan baru antara para pimpinan Ikhwanul Muslimin di Yordania dengan para pejabat tinggi Amerika dan Inggris. Seorang pemimpin terkemuka di Ikhwanul Muslimin menegaskan kepada “Al-Hayah” tentang apa yang mereka sebut “berakhirnya larangan dialog dengan para pejabat tinggi Inggris. Bahkan beberapa hari lalu telah berlangsung pertemuan melalui Kedutaan Besar Inggris di Amman dalam sesi pertemuan yang diwarnai sikap saling menghormati.”
Surat kabar “Al-Hayah” juga mengungkap informasi tentang adanya “undangan yang tidak dipublikasikan dari para pejabat tinggi Amerika melalui kedutaannya di Amman kepada para pimpinan kelompok itu, yang mencerminkan keinginan kuat untuk memulai dialog guna mencapai sejumlah konsensus seputar masalah-masalah lokal, bahkan mencapai tingkat sambutan hangat Washington atas partisipasi aktif kelompok Islamis dalam membentuk pemerintahan mendatang.”
Surat kabar “Al-Hayah” mengutip dari (sumber kelompok Islamis) tentang: “Rekomendasi dari Ikhwanul Muslimin yang menekankan perlunya untuk membuka diri terhadap Amerika melalui kedutaan besarnya di Amman, yang telah diadopsi oleh Komite Politik dalam jamaah (kelompok) tersebut.”
Dan “Al-Hayah” mengutip dari Zaki Bani Irsheid, pemimpin kelompok yang disebut garis keras, di mana ia mengatakan: “AS adalah sebuah kekuatan besar yang tidak bisa diabaikan. Dan bukan sesuatu yang maslahah (menguntungkan) jika Ikhwan terisolasi dari masyarakat internasional.”
Terlepas dari bocoran informasi ini, maka sikap resmi belum dipublikasikan terkait adanya kontak apapun dengan Barat. Sementara juru bicara jamaah, Jamil Abu Bakar mengatakan: “Pimpinan Ikhwanul Muslimin masih mempertimbangkan permintaan untuk dialog.” (kantor berita HT, 21/2/2012).