Rezim Assad Semakin Brutal, Dimana Kaum Muslimin ?

Kebrutalan rezim Assad semakin menjadi-jadi. Anak-anak pun saat ini menjadi target kejahatan tentara-tentara Assad.  Seorang tentara dari Divisi 11 Lapis Baja Suriah yang membelot menceritakan , bagaimana komandannya merampas seorang  anak dari ruang tamu sebuah rumah , ketika mencari  pejuang anti Assad. Marah karena pejuang yang dicari tak ada, tentara itu itu kemudian meletakkan anak itu di lantai, mengeluarkan pisau tentera dan memenggal anak kecil yang tak bersalah itu di depan ibunya.

Dia kemudian meletakkan kepala anak itu di depan pintu dan berteriak akan melakukan hal yang sama kepada anak yang lain kalau tidak menyerah. Insiden terjadi beberapa pekan lalu di kota barat laut Jisr al-Shughur selama operasi keamanan besar-besar dilakukan.

Prajurit 22-tahun, yang hanya dikenal sebagai Mohammad, mengatakan kepada The Sunday Times: “Saat itulah saya memutuskan untuk membelot, aku harus hidup dengan memori itu selama-lamanya, kami  melakukan hal yang saya tidak pernah ingin mengingat.”

Sejak sepuluh bulan yang lalu rezim Assad melancarkan operasi  biadab dan serangan dahsyatnya terhadap rakyat Suriah terutama kota-kota Himsha, Edlib, Dir’a dan kota-kota serta desa-desa sekitar Damaskus. Masyarakat itu digempur dengan tank-tank, bom, mortir, dan tembakan dari pesawat terbang.

Ribuan penduduk yang tidak berdosa, tanpa senjata, dibunuhi di rumah-rumah mereka. Kebanyakan adalah anak-anak, para wanita, dan kakek-kakek  dan nenek-nenek.Di jalan-jalan   bergelimpangan jasad-jasad yang sudah tidak bernyawa karena dibunuh, dan ratusan yang luka-luka, namun tidak ada seorang pun yang menolong dan mengobati lukanya.

Organisasi-organisasi kemanusiaan mengatakan, sekarang jumlah korban yang dibunuhi lebih dari 10.000 orang. Namun diperkirakan jumlah lebih besar dari itu.. Sedang yang dipenjara lebih dari 150 ribu. Yang luka-luka ada ribuan orang, tidak ada yang merawatnya dan tidak ada obat. Rakyat Suriah yang lari mengungsi ke Turki sekitar 12.000 orang. Ke Libanon 5.000-an orang. Ke Yordan lebih dari 10.000 orang. Ke Arab Saudi dan Negara-negara Teluk sekitar 3.000 orang.

Di kota Himsha itu sendiri ada 5.000-an orang yang cacat karena disiksa, ada yang buntung kakinya, buntung tangannya dan sebagainya. Itu akibat penyiksaan di penjara-penjara Suriah. Di penjara-penjara, polisinya Bashar Assad sampai memotong alat vital, mencongkel mata dan sebagainya. Sampai-sampai ada yang disiksa dengan agar bersujud pada gambar Bashar Assad, dan harus mengatakan tiada tuhan selain Assad.

Dewan nasional Suriah (SNC) mengatakan, pasukan pemerintah mengepung Homs dengan tank, Senin (6/2), seperti diberitakan AFP dan dikutip Antara, Selasa (7/2). SNC juga memperkirakan bakal terjadi pembunuhan massal atau genosida di kota Suriah Tengah itu.

Menurut   Navi Pillay , komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, Senin (12/12/2011), lebih dari 300 ratus anak telah mati dibunuh pasukan pemerintah. “Sifat dan skala pelanggaran” mengindikasikan bahwa pasukan Suriah tampaknya melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, kata Pillay. Laporan independen dan kredibel telah menunjukkan bahwa pelanggaran telah terjadi secara luas dan sistematis terhadap penduduk sipil.

Serangan brutal juga dilakukan  bukan saja terhadap mereka yang terluka di rumah sakit dan tempat perawatan, tapi juga dilakukan terhadap petugas medis yang merawat dan mengobati mereka. Demikian disampaikan organisasi kemanusiaan internasional bidang kesehatan yang berpusat di Belgia, Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas lewat surat elektronik kepada Tribunnews.com di Jakarta, Kamis (9/2/2012).

“Di Suriah sekarang ini, para korban luka dan dokter dicari-cari oleh petugas keamanan dan beresiko disiksa atau ditangkap. Obat-obatan kini bahkan digunakan sebagai alat penindasan,” kata Presiden MSF Marie-Pierre Allié.

Hingga saat ini tidak ada tindakan nyata dari  dunia internasional. Sementara Rusia dan Cina berdiri di belakang Assad. Iran bersama kelompok Hizbullah tanpa mal uterus mendukung rezim brutal ini. Penguasa-penguasa negeri Islam terutama di Arab juga tidak berbuat nyata, kecuali menunggu instruksi Amerika. Sementara Inggris dan Eropa berupaya memainkan perannya untuk kembali berpengaruh di Suriah.

Semua ini membuktikan begitu lemahnya umat Islam saat ini, ketika tidak memiliki Khilafah Islam. Umat Islam hanya menjadi obyek permainan negara-negara Barat. Tidak ada yang membela umat  Islam, saat saudara-saudaranya dibunuh, diperkosa, dan dibantai. Semua ini menunjukkan perjuangan untuk menegakkan Khilafah tidak bisa lagi ditunda-tunda. Tanpa Khilafah , umat Islam tidak memiliki pelindung. Menjadi mangsa dari binatang-binatang brutal. Baik penguasa mereka sendiri dan negara-negara imperialis !

Politik Dua Kaki Amerika di Suriah

Bashar Al-Assad terus melakukan pembantaian terhadap rakyatnya sendiri, sementara masyarakat internasional hanya menonton. Respon masyarakat internasional sebagian besar hanyalah retorika. Amerika sendiri menjalankan politik dua kaki, satu sisi berusaha mempertahankan rezim Assad ,namun disisi lain juga mempersiapkan rezim oposisi pro Amerika, kalau-kalau Assad tidak bisa bertahan.

Untuk mempertahankan rezim Assad Amerika menggunakan Iran dan Hizbullah. Yang secara membabi buta membela rezim Assad, meskipun kebrutalannya sangat jelas. Sementara untuk mempersiapkan rezim oposisi pro Barat, Amerika menggunakan Liga Arab  dan Turki.

Meskipun saat ini sepertinya AS mulai menginginkan agar Assad mengundur diri, perlu dicatat pada awalnya justru Amerika berusahan mempertahankan rezim brutal ini. Disaat banyak yang menyerukan pemecatan Assad, Amerika malah menyerukan rezimAssad untuk melakukan reformasi.

Meskipun tampak seperti bersebrangan dengan Suriah, Amerika selama ini selalu memandang Suriah sebagai wakil Amerika yang penting yang dibutuhkan di wilayah tersebut. Suriah telah menjaga kepentingan-kepentingan Amerika, diantaranya tindakan penangkapan dan penyiksaan terhadap rakyatnya sendiri.

Di Irak, Suriah memainkan peran aktif dalam menginfiltrasi kaum Islamis dan memberikan informasi intelijen berharga kepada pasukan koalisi pimpinan AS. Termasuk kepada Pasukan Penangkis Suriah (SDF) di Lebanon yang menjamin perlindungan kepentingan-kepentingan Amerika dibawah Perjanjian Taif tahun 1989.

Amerika mencoba menjaga Assad tetap berkuasa, namun sekaligus mempersiapakan pihak oposisi. Jika rezim Assad gagal mempertahankan kekuasaannya.  Oposisi Suriah secara terbuka mencari intervensi internasional. Dalam pertemuan di Antalya, Turki (Juni 2011) oposisi Suriah pro Barat berkumpul meminta Barat untuk membantu Suriah seperti yang dilakukan di Libya. Amerika juga menyerukan pihak oposisi bersatu sehingga dewan penguasa baru dapat terbentuk. Selanjutnya Amerika akan berhubungan dengan dewan penguasa baru ini, seperti Dewan Transisi Nasional di Libya. Sampai kepentingannya tercapai Amerika tidak peduli, meskipun ribuan nyawa umat Islam terbunuh di sana. (Farid Wadjdi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*