Presiden Suriah, Bashar Al-Assad bisa dikategorikan sebagai penjahat perang. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton. Dia mengatakan bahwa PBB mengumumkan lebih dari 7.500 orang sipil tewas akibat kekerasan tentaranya sejak dimulai konflik 11 bulan yang lalu di negara itu.
Menurut aktivis, setidaknya ada 25 orang terbunuh dalam bentrokan antara pihak oposisi dengan tentara Suriah, Selasa (28/2). Di Kota Homs saja, kelompok oposisi menyebutkan ada ratusan warga sipil terbunuh atau terluka dalam konflik yang berlangsung 24 hari ini.
“Bakal ada perdebatan yang terjadi soal kategori dia (Al-Assad) ini,” kata Clinton dalam dengar pendapat dengan Senat, Selasa, seperti diberitakan Reuters, beberapa jam yang lalu. Dia menambahkan, hanya ada sedikit pilihan untuk mendesak para pemimpin negara guna menggulingkan kekuasaannya.
Perwakilan Perancis mengatakan, Dewan Keamanan (DK) PBB terus mengupayakan resolusi atas Suriah dan mendesak Rusia dan Cina untuk tidak memvetonya. Rancangan sebelumnya, kedua negara itu menjatuhkan veto mereka.
Sementara di daerah Baba Amro, bagian dari Kota Homs, aktivis setempat mengatakan, warga ketakutan dan dalam situasi tanpa pasokan air bersih, makanan, dan obat-obatan. Dalam kondisi itu, fotografer berkebangsaan Inggris berhasil meloloskan diri dari Homs, tapi nasib dari reporter Perancis, Edith Bouvier, masih belum jelas.
“Ada laporan terpercaya bahwa korban tewas saat ini mencapai 100 warga sipil setiap harinya, termasuk sejumlah perempuan dan anak-anak. Jumlah korban yang terbunuh sejauh ini mencapai lebih dari 7.500 orang,” kata staf Sekjen PBB untuk Hubungan Politik, Lynn Pascoe, kepada DK PBB. (republika.co.id, 29/2/2012)