HTI Press. Ahad(18/03), DPD II HTI Kota Samarinda mengadakan kegiatan yang dinamakan Halqah Islam & Peradaban atau yang lebih dikenal dengan sebutan HIP. Acara yang bertajuk talkshow ini merupakan agenda 3 bulanan DPD II HTI Kota Samarinda, dan HIP kali ini merupakan HIP seri ke-04. Acara tersebut dimulai pukul 09.00 sd 12.00 wita bertempat di gedung serbaguna RRI Kota Samarinda. Tema yang diangkat pada HIP kali ini adalah ” Ada apa dibalik Kenaikan (lagi) harga BBM??”, tema yang lagi hangat menjadi topik pembicaraan bangsa Indonesia di bulan maret ini yaitu rencana pemerintah menaikkan harga BBM tanggal 01 April 2012 nanti.
Adapun yang menjadi pembicara dalam HIP kali ini adalah : Pembicara 1 : Bpk. Ir Pancasila Rekso Bantolo, M.Sc (Selaku Kepala Bidang Minyak Bumi dan Gas DISTAMBEN Kaltim). Pembicara 2 : Bpk. Hamdani, SH (Selaku Ketua DPD II HTI Kota Samarinda). Pembicara 3 : Bpk. Sudarno, SE (Selaku Ketua Fraksi PDIP DPRD Kaltim). Pembicara 4 : Bpk. H. Dwi Condro Triono, Ph.D (Selaku DPP HTI dan Wakil Direktur STEI HAMFARA), dan bertindak selaku Host/Pembawa Acara yaitu Bpk. M. Yusli, S.Pd. Sebelum masuk pada inti, acara diawali sambutan oleh tuan rumah yang diwakili oleh Bpk Rudi Harianto, ST. Kemudian dilanjutkan dengan penayangan video fakta rencana pemerintah menaikkan BBM yang dipandu oleh host.
Beralih pada acara inti, Pembicara 1 yang akrab dipanggil Bpk Bantolo selaku mewakili pemerintah yang pro terhadap kenaikan BBM menyampaikan bahwa kenaikan harga BBM merupakan suatu hal yang lumrah, seiring dengan naiknya harga minyak pasar dunia. Tetapi, kata beliau “fokus kita seharusnya bukan pada kenaikan harga BBM nya melainkan fokus pada mencari bahan bakar alternatif pengganti, misalnya gas. Berbeda dengan pembicara 2 yaitu Bpk.Hamdani yang secara tegas menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM, beliau dengan gamblang memaparkan fakta dan data tentang kebohongan yang dilakukan pemerintah untuk menaikkan harga BBM.
Berlanjut pada pembicara 3 yang akrab dipanggil Pak Darno, beliau merupakan wakil rakyat yang terkenal vokal di Kaltim menyuarakan aspirasi rakyat. Pak Darno berpandangan bahwa, “kenaikan harga BBM hanyalah salah satu dampak dari sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini, oleh sebab itu rencana pemerintah menaikkan harga BBM harus kita tolak!” tandasnya. Solusi yang ditawarkan oleh beliau adalah konsep sosialisme yang lebih merakyat, dimana beliau mencontohkan negara kuba yang menerapkan konsep sosialisme mampu menjual bensin Rp 500/liter. Pak Darno juga menambahkan bahwa “konsep sosialisme berbeda dengan komunisme, kalau komunisme tidak percaya tuhan, tapi kalo sosialisme masih percaya tuhan..” imbuhnya.
Selanjutnya, kesempatan diberikan kepada pembicara ke 4 yaitu Bpk. Dwi Condro Triono selaku DPP HTI. Sebelum beliau menjelaskan bagaimana solusi islam mengelola migas, beliau dengan gaya santainya terlebih dahulu menanggapi statement pembicara sebelumnya. Beliau menyampaikan bahwa “standarisasi perbuatan seorang muslim itu adalah halal dan haram. Jadi, memperjuangkan kebenaran itu bukan hanya berorientasi pada dunia saja tetapi juga berorientasi pada akhirat. Lantas, apa gunanya jika berhasil tapi masuk neraka? “tandasnya. Sontak statement beliau disambut tawa audiens yang kurang lebih 200 orang yang memadati ruang serbaguna. Kemudian beliau menambahkan ” Islam merupakan agama yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk urusan pengelolaan sumber daya alam, yang salah satunya migas. Dimana dalam konsep syariah, migas harus dikelola oleh negara dimana hasilnya diperuntukan bagi sebesar-besar kesejahteraan seluruh rakyat. Negara tidak boleh alias haram mengambil keuntungan walaupun sedikit dari pengelolaan sumber daya alam ini” imbuhnya.
Pada moment tanya jawab, terlihat antusiasme peserta yang ingin bertanya. Dari keseluruhan penanya yang diberikan kesempatan bertanya oleh host, pertanyaan tidak terlepas dari dua hal, yaitu terkait fakta anggota DPR yang lebih banyak menghamburkan uang rakyat. Dimana pertanyaan ini khusus ditujukan kepada pak darno. Kemudian terkait Hizbut Tahrir Indonesia yang tidak terjun kedalam politik praktis (red: parlemen) saat ini.
Menanggapi hal tersebut, pak darno selaku kader PDIP menyampaikan bahwa ” saya satu-satunya wakil rakyat yang tidak mau menerima uang perjalanan dinas keluar kota maupun negeri. Inilah fakta wakil rakyat kita, yang katanya pro rakyat! Hal ini mungkin salah masyarakat juga, dimana suara mereka bisa dibeli dengan harga 50 rb, bahkan di Samarinda ada yang menjual 15 rb, ironis sekali..” imbuhnya. Beliau juga sempat menyayangkan sikap dari partai yang mengaku islam, tapi malah mendukung kenaikan harga BBM. Pak Darno juga menanggapi pertanyaan yang ditujukan kepada HTI “sebenarnya HTI itu bukan tidak mau ikut parlemen, cuman masalahnya adalah sistem saat ini bukan sistem khilafah. Kalau sistemnya sudah khilafah, HTI pasti akan mendaftar sebagai peserta pemilu. Sebenarnya PDIP dan HTI ini sama, cuman beda solusi. Kalau PDIP solusinya sosialisme tapi masih mengakui adanya tuhan, sedangkan HTI solusinya Islam…” tandasnya. Takbir!!, Teriakan takbir audiens merespon statement dari Bapak Sudarno.
Terkait pertanyaan yang ditujukan kepada HTI, maka Bpk Dwi Condro membenarkan apa yang disampaikan oleh Pak Darno yang mengatakan HTI akan masuk kedalam sistem, apabila sistem negaranya adalah Khilafah. Beliau menambahkan ” Hizbut Tahrir tidak mempersoalkan siapa yang akan menjadi kholifah, asalkan memenuhi syarat sah menjadi kholifah. Bahkan kalo Pak Sudarno memenuhi syarat sebagai kholifah, Pak Darno bisa diangkat sebagai Kholifah” tandasnya. Takbir!!, Teriakan takbir audiens merespon statement dari Bpk. Dwi Condro.
Akhirnya, sebelum acara ditutup oleh MC. Panitia memberikan kenang-kenangan yang diserahkan oleh dua pembicara dari HTI menyerahkan kepada dua pembicara eksternal yang diundang. Dengan demikian acara HIP seri 04 berakhir yang kemudian akan diadakan kembali 3 bulan kedepan. []infokomhtismd