HTI Press. Meski gontai, lelaki itu tetap berjalan di bawah teriknya matahari sambil memegang erat pikulan di pundaknya. Sesekali tubuhnya tersungkur lantaran membawa beban yang tidak imbang. Jelas tidak imbang. Di ujung pikulan yang satu hanyalah sebuah kotak kecil sedangkan di ujung pikulan lainnya berkarung-karung beban.
Pada kotak kecil itu bertuliskan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) Rp 150 ribu (Sementara). Sedangkan di ujung belakang pikulan, berkarung-karung masalah menggelayut. Di antaranya bertuliskan: BBM Naik; Angkutan Naik; Beras Naik; Bumbu Dapur Naik; Telur Naik; Sayur Naik; Gula Naik; Ikan Naik; Minyak Naik; Daging Naik; Kesehatan Mahal; Pendidikan Mahal; Semuanya Mahal; (Selamanya).
Itulah salah satu teatrikal yang diperankan oleh salah seorang aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) saat melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM), Selasa (27/3) siang di Bundaran HI, Jakarta. Teatrikal tersebut menggambarkan dampak dari kenaikan BBM. Pemberian BLSM sama sekali tidak sepadan dengan penderitaan yang dipikul rakyat sebagai efek berganda dari penaikan harga BBM.
Sedangkan ratusan aktivis HTI lainnya mengusung spanduk bertuliskan Sedia Bensin Campur: Campur Penderitaan Rakyat, Campur Kebohongan Penguasa, Campur Tangan Asing.Dalam aksi itu, massa pun membagikan buliten dakwah Al Islam dengan judul Menaikan Harga BBM= Bohong, Khianat dan Zalim.
HTI pun mengancam akan mengerahkan massa yang lebih besar lagi pada aksi Tolak Kenaikan BBM, Tolak Liberalisasi Migas, Penguasa Bohong, Zalim, Khianat, Kamis 29 Maret 2012 pukul 10.00 WIB – 12.00 WIB di Depan Istana Negara Jalan Merdeka Utara, Jakarta.[] joko prasetyo