Mantan pimpinan Industri Nuklir dan Multinasional Prancis (Areva) menuduh Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, telah berusaha menjual nuklir ke bekas pemimpin Libya, Muammar Qaddafi.
Tuduhan Areva ini disampaikan mantan Kepala Eksekutif Areva, Anne Lauvergeon, dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan L’Express pada Selasa (10/4). Lauvergeon menuduh Sarkozy mengusulkan penjualan reaktor nuklir kepada rezim Qaddafi pada Juli 2007.
“Negara ini seharusnya ikut bertanggung jawab telah mendukung kebodohan ini,” kata Lauvergeon yang dilansir dari Reuters (11/4). Ia juga mengklaim memiliki penemuan lain dari penasehat Sarkozy dan kepala perusahaan listrik miliki negara EDF pada tahun 2010.
Lauvergeon yang dipecat pada Juni 2011 lalu itu mengungkapkan bahwa Areva akan membuat reaktor nuklir terbesar dunia. Ia juga mengingatkan kepada Sarkozy dalam menghadapi pemilihan Presiden mendatang. Menurutnya, Sarkozy ingin kembali menduduki kursi Presiden karena ingin mempertahankan sebuah klan sistem jaringan nuklir Prancis.
“Sistem nuklir Prancis ini disebut-sebut dapat ditransfer kekayaan intelektualnya ke luar negeri seperti Cina dan negara-negara yang tidak layak memiliki nuklir,” kata Lauvergeon. (republika.co.id, 11/4/2012)