Wartawan BBC untuk Asia Tengah, Natalia Antelava, berbicara dengan sejumlah wanita yang mengalami sterilisasi tanpa persetujuan atau bahkan sepengetahuan mereka.
Adolat, salah seorang korban sterilisasi rahasia, mengatakan dirinya mengetahui tidak bisa lagi mempunyai anak, setelah seorang dokter ahli mengungkapkan kondisi dirinya.
“Saya mencoba hamil setelah anak kedua saya lahir. Namun upaya saya selalu gagal. Belakangan saya tahu, saya diam-diam disterilisasi,” kata Adolat.
Adolat mengatakan kondisi ini menyedihkan dan memalukan dirinya karena di Uzbekistan tolok ukur keberhasilan satu keluarga, antara lain, ditentukan dengan jumlah anak.
Kini Adolat harus puas hanya dengan dua anak perempuan. Adolat tidak sendirian. Ada banyak wanita yang diam-diam disterilisasi. Sebagian tuba fallopi mereka disumbat, sementara rahim sejumlah wanita diangkat setelah melahirkan anak kedua atau ketiga.
Wartawan BBC mengatakan program rahasia ini tampaknya ditujukan untuk mengontrol angka kelahiran di Uzbekistan. Beberapa dokter mengatakan Kementerian Kesehatan memerintahkan mereka memenuhi target sterilisasi per bulan. Di perkotaan jumlahnya empat wanita per bulan dan di pedesaan dokter harus melakukan sterilisasi terhadap 32 wanita setiap bulan.
Salah satu LSM mengatakan pada 2010 saja 80.000 wanita mengakui disterilisasi. Namun angka ini dibantah pemerintah Uzbekistan yang mengatakan mereka tidak menerapkan kebijakan tersebut. Wanita-wanita yang diwawancara BBC mengatakan mereka diceraikan suami setelah mengetahui mereka tidak bisa lagi memiliki anak.
Dampak lain dari program ini adalah banyak wanita Uzbekistan yang khawatir melahirkan di negara tersebut. Mereka takut mereka langsung disterilisasi setelah melahirkan.[] (bbc)