Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto mengaku tak khawatir dengan hasil akhirnya. Meskipun nantinya yang terpilih merupakan mantan petinggi Gerakan Aceh Mereka (GAM). ”Enggak apa-apa kan. Irwandi Jusuf (gubernur saat ini) juta petinggi GAM lima tahun lalu,” katanya pada akhir pekan lalu.
Menurutnya, tak penting lagi asal pemimpin Aceh ke depan. Yang perlu dilihat saat ini adalah proses pesta demokrasi yang telah berlangsung di sana. Menurutnya, pilkada yang dilakukan pada 9 April lalu telah berjalan dengan baik dilihat dari proses demokrasi, keiikutsertaannya, hingga proses pemilihan calon pemimpin Aceh.
”Prosentasenya kan bagus juga, sampai 70 persen. Dari sisi proses demokratisasi sudah dikerjakan sebaik-baiknya, partisipasinya, dan kandidatnya bervariasi,” katanya. Ia juga berharap siapapun pemimpin Aceh kelak bisa membawa pembangunan Aceh menjadi lebih baik. ”Siapa yang menang, itulah hasil representase rakyat Aceh,” katanya.
Hasil pilkada Aceh tinggal menghitung hari. Jika tak ada halangan, KIP akan mengumumkan hasilnya pada 17 April mendatang. Dari hasil perhitungan suara cepat (quick count) menyatakan pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf, pasangan yang diusung Partai Aceh, meraup suara terbesar dalam pemungutan suara Pilkada Aceh.
Untuk diketahui, Zaini Abdullah-Muzakir Manaf merupakan mantan petinggi GAM. Zaini Abdullah adalah generasi awal di tubuh Gerakan Aceh Merdeka. Ia pernah menjadi Menlu GAM. Ia pun menetap lama di luar negari. Oleh Partai Aceh, ia dipasangkan dengan Muzakir Manaf yang juga mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka. (republika.co.id, 15/4/2012)
Yang membahayakan bukanlah mantan GAM atau siapaun, justru yang merusak umat manusia saat ini adalah pemikiran atau atau mabda sekulerisme dengan segala jargonnya.