HTI Press, Amerika- Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) di Amerika Serikat mengungkapkan tentang peningkatan serius dalam persentase intoleransi terhadap kaum Muslim di Amerika, di mana hal ini tidak dialami oleh komunitas yang lain. Dikatakan bahwa ketika konstitusi Amerika mengkriminalisasi tindakan intoleransi terhadap kulit hitam, sementara intoleransi terhadap Islam menjadi tindakan yang bisa diterima, yakni sah-sah saja dilakukan.
Linda Sarsour, Direktur Eksekutif Masyarakat Arab Amerika di New York, dan Direktur Pertahanan Nasional untuk Jaringan Nasional Komunitas Arab Amerika mengungkapkan dalam artikel yang dipublikasikan oleh “CNN” bahwa pembunuhan Shaima Awadi, ibu rumah tangga Muslim asal Irak yang ditemukan berlumuran darah di negara bagian California, serta di samping terdapat surat yang berisi tulisan “Pulanglah ke negara Anda, Anda adalah seorang teroris.” Hal ini telah menyebabkan gelombang kemarahan dan sekaligus ketakutan bagi kaum Muslim di Amerika Serikat.
Sarsour mengungkapkan tentang laporan yang dikeluarkan oleh FBI pada tahun 2011, yang menjelaskan bahwa kejahatan kebencian terhadap kaum Muslim telah meningkat hampir 50 persen di banding pada tahun 2010. Begitu juga statistik terbaru menunjukkan tingginya angka kejahatan kebencian terhadap kaum Muslim, di mana pada tahun 2009 ada 107 kasun, sementara pada tahun 2010 naik menjadi 170 kasus kejahatan.
Sarsour menganggap bahwa rasisme terhadap orang kulit hitam di Amerika Serikat benar-benar diperlakukan berbeda dari intoleransi terhadap kaum Muslim. Sehingga berbicara atau menunjukkan rasisme terhadap orang kulit hitam tidak dibenarkan sama sekali di Amerika Serikat, bahkan sekalipun dilakukan secara rahasia. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa tindakan intoleransi terhadap Islam merupakan tindakan yang bisa diterima, yakni sah-sah saja dilakukan. Dan tindakan intoleransi terhadap Islam justru dipromosikan oleh berbagai media melalui pernyataan para kandidat presiden Amerika, yang sebagian dari mereka mengkampanyekan kebencian terhadap Islam dan kaum Muslim.
Menurut Sarsour, bahwa istilah “teroris” telah menjadi identik dengan orang Arab dan kaum Muslim di Amerika Serikat. Hal itu tampak begitu jelas dalam surat yang ditinggalkan di samping Awadi. Hanya saja, pihak berwenang yang melakukan penyelidikan dalam kasus ini, mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan adanya semi kejahatan kebencian dalam kasus ini. Akan tetapi, ia juga menegaskan bahwa kasus ini murni kecelakaan tunggal.
Ia menambahkan: “Pada tahun lalu terjadi pembunuhan atas dua orang sesepuh senior Sikh, setelah keduanya menampakkan bahwa mereka adalah Muslim. Dan tahun sebelumnya lagi seorang sopir taksi dibunuh setelah ia memberitahu salah seorang penumpangnya bahwa ia adalah Muslim.”
Sarsour mengatakan: “Masyarakat umum tidak merasa aneh dengan peristiwa ini setelah mendengarkan adanya gerakan permusuhan secara terbuka terhadap kaum Muslim di Kongres, dan kebencian terhadap setiap ritual keagamaan Islam, yang akhirnya menghasilkan sebuah peningkatan tindakan intoleransi terhadap kaum Muslim.”
Sarsour menekankan perlunya untuk mencapai formula pemahaman dalam memerangi intoleransi terhadap kaum Muslim yang dipraktekkan di Amerika Serikat, dan mengambil sikap yang jelas terhadap tindakan kejahatan ini (islamtoday.net, 21/4/2012).
Sungguh amerika sebagai pengusung HAM tapi ternyata sekaligus pelanggar HAM terbesar di dunia
Inilah demokrasi-liberal-sekuler, ideologi cacat hanya akan menghasilkan peradaban cacat! Hipokrit tentang HAM, omong kosong koar2 tentang kebebasan, sistem korup, irasional, selalu di bawah kegelapan berbagai krisis sosial, teologi, ekonomi, politik, hukum, … Dunia membutuhkan Khilafah Islamiyah !!
hanya khilafah yang akan membela umat islam yang dizalimi ,dengan pembelaan yang sesungguhnya yaitu jihad fi sabilillah
Tunggulah khilafah akan menggetarkan dada anda wahai para penguasa amerika, bersabarlah saudara2ku disana…Insya Allah tidak lama lagi Mu’tashim akan membebaskan anda..Allahu Akabar!!!!