Sedikitnya 20 orang tewas di Kairo dalam serangan terhadap aksi demonstrasi di dekat Kementerian Pertahanan Mesir di Kairo, dalam dua hari terakhir.
Para penyerang yang tidak diketahui identitasnya itu menggunakan batu, tongkat, bom molotov, dan senapan bahu. Para demonstran membalas dengan memukuli sejumlah penyerang.
Tentara dan polisi melakukan intervensi untuk menghentikan bentrokan namun mereka baru bertindak enam jam kemudian.
Dua kandidat kuat presiden telah menunda kampanye mereka sebagai protes terhadap cara polisi menangani kerusuhan.
Kandidat independen Abdul Moneim Aboul Fotouh dan Mohammed Mursi, Ketua Partai Kebebasan Persaudaraan Muslim dan Keadilan (FJP) mengkritik tindakan polisi.
FJP, yang berpayung pada Ikhwanul Muslimin, dan Partai Nour Salafi yang menguasai 70% kursi di parlemen, memutuskan untuk memboikot pertemuan dengan Dewan Agung Angkatan Bersenjata (SCAF).
Sebagian besar demonstran yang diserang ketika berada di luar gedung Kementerian Pertahanan di Distrik Abbasiya, Rabu (2/5), adalah pendukung seorang ulama Salafi, Hazem Abu Ismail, yang dilarang mencalonkan diri dalam pemilu.
Hazem didiskualifikasi karena ibunya memiliki dua kewarganegaraan, Mesir dan AS, sebuah pelanggaran terhadap peraturan yang tercantum dalam deklarasi konstitusional yang disahkan sesudah Presiden Mubarak digulingkan.
Abu Ismail menuduh bahwa ia menjadi korban plot oleh Dewan Militer yang berkuasa.
Seorang demonstran, Ahmed Raafat, mengikuti aksi dengan teman-temannya dan menyaksikan serangan yang ia sebut sebagai sebuah pembantaian.
“Saya melihat beberapa orang dengan luka di kepala dan dua orang meninggal dunia di depan saya. Darah ada di mana-mana,” ungkap Raafat, Kamis (3/5).
“Para pelaku serangan berjalan kaki dan wajah mereka tertutup… (Mereka menggunakan) peluru tajam, bom molotov, bata, dan gas air mata,” tambahnya.
Kementerian Kesehatan mengatakan lebih dari 150 orang terluka dalam insiden itu dan sebagian dari mereka kini dirawat di klinik darurat di dekat lokasi kejadian.
Ada yang menderita luka tembak dan ada juga luka akibat tusukan senjata tajam, kata sejumlah sumber medis.
Serangan itu tampaknya telah menjadi pola dalam beberapa bulan terakhir. Namun hal itu diyakini tidak akan membuat takut para demonstran.
Sebaliknya, mereka justru akan menambah kekuatan dan bentrokan dikhawatirkan akan kembali terjadi dalam beberapa hari mendatang.
Peraih Nobel Perdamaian dan mantan Kepala Badan Pengawas Nuklir PBB, Mohamed ElBaradei, mengkritik para jenderal yang berkuasa.
“Pembantaian massal di depan (Kementerian Pertahanan),” tulisnya dalam twitter. “SCAF dan pemerintah tidak mampu melindungi warga sipil. Situasi Mesir memburuk.”
Pemilihan presiden akan berlangsung tiga minggu lagi. Kekerasan dan diskualifikasi beberapa kandidat populer sepertinya tidak akan mengancam jadwal pemungutan suara.
Putaran kedua antara dua kandidat dengan suara terbanyak dijadwalkan berlangsung pada 16 dan 17 Juni.
Tigakandidat kuat adalah Aboul Fotouh, Mohammed Mursi, dan mantan Ketua Liga Arab Amr Moussa. (mediaindonesia.com, 3/5/2012)